REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memuji negaranya dalam menghadapi penghianatan melalui kudeta yang terjadi di Turki pada 15 Juli tahun lalu. Dalam sebuah upacara untuk memperingati kudeta, Ahad (16/7) di depan gedung parlemen, Erdogan mengatakan negaranya telah meraih kemenangan.
Turki berhasil mengagalkan rencana pengkhianatan terhadap negara hanya dalam waktu kurang dari 20 jam. Padahal menurut Erdogan, rencana penghianatan itu telah disusun selama 40 tahun.
Turki menuduh kudeta didalangi oleh Fethullah Terrorist Organizations (FeTO), yang dipimpin oleh seorang ulama berbasis di AS, Fethullah Gulen. Kudeta itu menewaskan 250 orang dan melukai 2.200 lainnya. Pada malam hari, 15 Juli 2016, komplotan pendukung kudeta di Istanbul menggunakan tank militer untuk menutup jembatan Bosphorus. Mereka kemudian mengganti nama jembatan itu menjadi Jembatan Syuhada.
Pesawat-pesawat tempur terbang di ketinggian rendah di langit Istanbul dan Ankara. Mereka mengebom gedung parlemen, markas besar polisi, dan badan intelijen. "Apakah bangsaku menggunakan senjata? Apakah bangsaku berbaris melawan para pengkhianat itu dengan senjata dengan tangan mereka? Bangsaku berbaris dengan membawa iman dan bendera mereka. Tidak ada contoh lain mengenai ini. Tidak ada bangsa lain yang akan menghentikan peluru dengan dada mereka. Tidak ada bangsa lain yang akan menghentikan tank dengan pukulan mereka," ungkap Erdogan.
Erdogan juga mengecam Ketua Partai Rakyat Republik (CHP), yang menjadi oposisi utama pemerintah, Kemal Kilicdaroglu, karena mengatakan bahwa kudeta itu merupakan kudeta yang terawasi. "Sebutan serangan mematikan ini sebagai sebuah 'kudeta yang terawasi' tentunya menimbulkan ketidaknyamanan. Apakah Anda ingin proses ini dilanjutkan seperti ini?" ujar Erdogan, dikutip Anadolu.
Erdogan mengatakan komplotan kudeta bertujuan untuk menghancurkan negara dan peradaban, serta untuk memperbudak negara. Kilicdaroglu berulang kali mengklaim, pemerintah memiliki informasi awal tentang rencana kudeta namun tidak melakukan apapun untuk mencegahnya. Setelah kudeta yang gagal itu, puluhan ribu tersangka yang berafiliasi FETO telah ditangkap, termasuk banyak dari mereka dari militer, polisi, sistem peradilan, sektor pendidikan, dan bisnis. Erdogan mencatat, Dewan Keamanan Nasional akan membahas perpanjangan keadaan darurat saat ini.