REPUBLIKA.CO.ID, BINTAN -- Kepala Kameterian Agama Bintan, Kepulauan Riau, Erizal Abdullah menegaskan, pesantren bukan tempat teroris. Pesantren adalah tempat mendidik santri agar menjadi manusia dengan sumber daya yang berkualitas.
"Di luar sana, ada sejumlah orang yang menilai pesantren melahirkan teroris. Pemahaman yang salah menyebabkan orang tersebut berpikiran seperti itu," kata Erizal saat meresmikan Pesantren Al Idris di Kampung Kawal, Bintan, Senin (7/17).
Erizal menjelaskan, pemahaman yang salah terhadap buku-buku ajaran Islam menyebabkan sejumlah orang tersesat dan melakukan aksi teror. Padahal di pesantren, pendidikan dan pemahaman ajaran Islam dilakukan secara menyeluruh dan mendalam, agar santri mendapatkan ilmu yang maksimal.
Santri diajarkan untuk mengisi waktu dengan melakukan kebaikan. Mereka juga dilatih untuk hidup mandiri sehingga siap menjawab tantangan setelah lulus dari pesantren. "Mental dan spiritual para santri semakin baik. Sikap, ucapan mereka semakin baik ketika berada di pesantren maupun di lingkungan rumah," katanya.
Di Kabupaten Bintan berdiri sejumlah pesantren yang berkembang relatif baik. Pesantren Al Idris yang baru diresmikan diharapkan melahirkan generasi muda yang tangguh, cerdas, berakhlak mulia dan bermanfaat bagi orang banyak.
Menurut dia, kehadiran pesantren di tengah masyarakat menjadi benteng di era globalisasi. Para orang tua, di Bintan khususnya, banyak menitipkan anak-anaknya sebagai santri agar tidak terpengaruh pergaulan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Orang tua tidak hanya khawatir anaknya terpengaruh oleh pergaulan negatif di lingkungan bermainnya sehari-hari, melainkan juga di dunia maya, melalui teknologi informasi yang semakin canggih.
Hanya melalui telepon genggam cerdas, anak bisa berselancar di media sosial yang maya dengan beragam informasi positif dan negatif. "Ada pula 'games' yang terdapat simbol palu arit. Ini perlu diwaspadai," katanya.