REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Nasonal Penanggulangan Terorisme (BNPT) Suhardi Alius mengatakan, meski diklaim sebagai negara kedua yang paling banyak menjadi pengikut kelompok radikal ISIS, tapi warga negara Indonesia mayoritas merupakan perempuan dan anak-anak. Berbeda dengan Rusia yang duduk sebagai peringkat pertama dan kebanyakan dari mereka merupakan simpatisan yang memang melakukan peperangan.
"Memang peringkat terbanyak setelah Rusia, tapi ingat dari Rusia itu fighter semuanya. Kalau dari Indonesia itu ada anak-anak, ada perempuan dan persentase kita itu dari populasi kita 200 juta lebih, yang berangkat itu 400-an orang," kata Suhardi di Istana Negara, Jakarta, Senin (17/7).
Pemerintah Turki telah mengamankan sekitar 435 Warga Negara Indonesia (WNI) yang tergabung dalam Kelompok Negara Islam (ISIS). Jumlah ini membuat Indonesia dianggap sebagai negara kedua yang memiliki simpatisan terbanyak untuk ISIS.
Menurutnya, data yang dirilis oleh otoritas Turki tidak menjelaskan apakah 435 WNI yang diamankan ini simpatisan yang ikut berperang atau mereka yang hanya tergiur dengan iming-iming kelompok ISIS. Pemerintah Indonesia juga belum tahu secara detail WNI ini sudah menyeberang dari Turki atau belum. Meskipun ada yang sudah menyeberang, banyak WNI khususnya perempuan dan anak-anak yang telah kembali ke Turki.
Suhardi pun menegaskan bahwa data sekitar 400-an WNI yang baru-baru ini diamankan pemerintah Turki jumlahnya masih kecil dibandingkan dengan warga negara Rusia yang masuk ke Turki untuk meyeberang menjadi anggota ISIS. Selama ini memang sudah banyak WNI yang dipulangkan ke Tanah Air terkait dengan ISIS. Pemeritah sudah menyiapkan sejumlah program sehingga mereka bisa terhindar dari paham radikalisme.
Baca juga: Menhan Tolak WNI Terkait ISIS di Turki Pulang ke Indonesia