Selasa 18 Jul 2017 11:01 WIB

RI-Malaysia akan Gugat Resolusi Sawit Uni Eropa ke WTO

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Nidia Zuraya
Petani di kebun kelapa sawit.  (Ilustrasi)
Foto: Darmawan/Republika
Petani di kebun kelapa sawit. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia dan Malaysia sepakat untuk bersama-sama menentang resolusi Uni Eropa mengenai larangan perdagangan biodiesel berbasis sawit. Kedua negara yang bertetangga tersebut berencana untuk membawa kasus itu ke Organisasi Perdagangan Dunia atau World Trade Organization (WTO).

"Malaysia dan Indonesia akan mempertimbangkan untuk membawa isu ini ke WTO jika resolusi tersebut menjadi sebuah instruksi resmi Uni Eropa dan bersifat diskriminatif," demikian bunyi keterangan resmi dari Kementerian Perdagangan RI.

Selain itu, kedua negara juga akan bekerja sama melalui Dewan Negara Negara Penghasil Minyak Sawit atau The Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC).

Sebelumnya, Menteri Perdagangan RI Enggartiasto Lukita telah melakukan pertemuan dengan Menteri Industri dan Perdagangan Internasional Malaysia Dato' Mustapa Muhamed dalam acara Malaysia–Indonesia Joint Trade and Investment Committee (JTIC) ke-3 di Kuching, Malaysia pada Kamis (13/7) lalu. Dalam pertemuan tersebut, salah satu isu yang dibahas yakni soal resolusi sawit Uni Eropa yang dianggap telah merugikan kedua negara. I

ndonesia dan Malaysia memandang bahwa kebijakan Uni Eropa yang melarang perdagangan biodiesel berbasis sawit karena dianggap menjadi penyebab utama deforestasi tersebut tidak adil. Sebab, biodiesel yang berbasis minyak nabati lainnya pun sama-sama berkontribusi secara signifikan terhadap deforestasi.

Kedua negara menganggap, resolusi Uni Eropa serta praktek pelabelan yang tidak adil oleh sektor swasta akan berdampak negatif, tidak hanya pada ekspor minyak sawit dari Malaysia dan Indonesia ke pasar Uni Eropa, namun juga pada mata pencaharian dari jutaan petani kecil.

Untuk membahas lebih lanjut mengenai langkah yang akan diambil, delegasi dari Malaysia dan Indonesia direncanakan akan bertemu kembali pada akhir Juli 2017 untuk membahas dan mengoordinasikan isu-isu yang berkaitan dengan minyak sawit, termasuk misi bersama CPOPC. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement