Selasa 18 Jul 2017 11:25 WIB

Dipasang Detektor Logam, Umat Muslim Tolak Masuk Al-Aqsha

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Agus Yulianto
Seorang warga Palestina ditangkap tentara Israel karena mencoba menerobos pos pemeriksaan menuju kawasan kompleks Al Quds di Jerusalem. Israel melakukan pengawasan ketat termasuk menentukan siapa yang boleh memasuki komples masjid Al Aqsa tersebut (Ilustrasi)
Foto: Alaa Badarneh/EPA
Seorang warga Palestina ditangkap tentara Israel karena mencoba menerobos pos pemeriksaan menuju kawasan kompleks Al Quds di Jerusalem. Israel melakukan pengawasan ketat termasuk menentukan siapa yang boleh memasuki komples masjid Al Aqsa tersebut (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM - Ratusan umat Muslim menolak masuk kompleks Masjid al-Aqsha setelah pihak berwenang Israel memasang detektor logam di pintu masuk kompleks. Mereka memilih untuk melaksanakan shalat dan melakukan demonstrasi di luar, pada Senin (17/7).

"Masjid Aqsa, kami mengorbankan jiwa dan darah kami," teriak para demonstran selepas shalat di luar kompleks, dikutip Arab News.

Israel memasang detektor logam setelah terjadi baku tembak pada Jumat (14/7) lalu di kompleks Masjid al-Aqsha. Tiga Muslim Palestina melepaskan tembakan ke dua polisi Israel dan mereka ditembak mati oleh pasukan keamanan Israel saat berlari masuk ke dalam kompleks.

Insiden ini menjadi salah satu insiden paling serius di Yerusalem, yang meningkatkan ketegangan antara Israel dan Palestina, dalam beberapa tahun terakhir. Israel mengambil keputusan yang sangat tidak biasa untuk menutup masjid dan melarang pelaksanaan shalat Jumat, yang kemudian memicu kemarahan dari umat Islam, khususnya Yordania.

Situs suci tersebut tutup pada Sabtu (15/7) dan Kota Tua Yerusalem juga dijaga ketat. Pihak berwenang Israel mengatakan, penutupan itu diperlukan demi pemeriksaan keamanan. Israel mulai membuka kembali kompleks masjid pada Ahad (16/7), namun mereka telah memasang detektor logam di pintu masuk dan memasang kamera keamanan tambahan.

Setelah insiden itu, bentrokan kembali terjadi pada Ahad (16/7) malam antara polisi dan jamaah Muslim di luar pintu masuk kompleks. Lembaga kemanusiaan Bulan Sabit Merah melaporkan ada 17 orang yang terluka dalam bentrokan itu.

Di tengah ketegangan yang semakin memuncak, dua masjid di Kota Maghar juga menjadi target serangan. Satu masjid diserang dengan granat setrum dan lainnya diserang oleh tembakan senjata, namun tidak ada kerusakan serius yang dilaporkan.

Salah satu dari dua polisi Israel yang tewas dalam serangan di kompleks Masjid al-Aqsa diketahui tinggal di Maghar. Kedua polisi itu berasal dari minoritas Druze, orang-orang Arab yang berasal dari Syiah Islam.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah berbicara melalui telepon dengan Raja Yordania, Abdullah II, pada Sabtu (15/7) malam, sebelum berangkat ke Prancis dan Hungaria. Abdullah mengutuk, insiden baku tembak tersebut dan juga meminta Netanyahu untuk membuka kembali kompleks Al-Aqsa dan menekankan perlunya menghindari eskalasi di wilayah ini.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement