REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNG KIDUL -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, memprediksi luas wilayah terdampak kekeringan semakin meluas karena kini sudah delapan kecamatan yang memerlukan bantuan air.
"Dari rapat koordinasi yang kita lakukan ada tambahan kecamatan yang membutuhkan bantuan air bersih yakni di Kecamatan Nglipar, tepatnya di Desa Kedungkeris," kata Kasi Logistik dan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunung Kidul Sutaryono di Gunung Kidul, Selasa (18/7).
Dia mengatakan total sudah ada delapan kecamatan yang membutuhkan bantuan air bersih dari sebelumnya tujuh kecamatan. Wilayah kekeringan meliputi Kecamatan Panggang, Purwosari, Tepus, Tanjungsari, Paliyan, Rongkop, Girisubo, dan Nglipar. "Total ada meliputi 33 desa, dengan total jiwa hampir 46 ribu jiwa," katanya.
Sutaryono mengatakan pihaknya sudah menyalurkan 200 tangki air bersih kepada masyarakat. Air bersih disalurkan ke sejumlah titik yang sudah ditunjuk oleh pemerintah desa.
"Setiap hari kami menyalurkan 28 tangki, memang masih jauh dari kebutuhan masyarakat. Tetapi paling tidak membantu mengurangi biaya membeli air bersih," katanya.
Ia mengatakan anggaran yang disiapkan dari pemkab untuk droping air bersih sebanyak Rp 600 juta. Namun jika nantinya kurang bisa ditambah dari anggaran perubahan 2017 mendatang. Bagi kalangan swasta yang ingin menyalurkan air bersih diharapkan melakukan koordinasi dnegan BPBD, sehingga bantuan bisa merata.
Dia mengatakan, untuk keseterdiaan air di telaga sebagian sudah mengering, dan sisanya sudah tidak layak dikonsumsi.
"Total telaga dari pendataan kita ada 262 telaga, dari jumlah itu yang masih ada airnya cuma separuhnya saja," katanya.