REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Utusan Khusus Australia untuk Organisation of Islamic Cooperation (OIC), Ahmed Fahour mengatakan, Islamic Museum of Australia di Melbourne dikunjungi 30 ribu pengunjung. Jumlah itu adalah kalkulasi sejak dibuka dua tahun yang lalu.
"Dari 30 ribu pengunjung, sebanyak 65 persen pengunjung merupakan nonmuslim. Memang salah satu tujuan museum ini dibangun di antaranya untuk menjelaskan kepada nonmuslim tentang kebudayaan Islam," kata Fahour yang juga pendiri Islamic Museum of Australia di Jakarta, Selasa (18/7).
Museum ini, kata dia, memiliki dampak positif. Antara lain di negara minoritas Muslim, museum ini memberikan pendidikan mengenai Islam dan kebudayaan Islam. "Museum ini jelas bermanfaat bagi Muslim dan nonmuslim di Australia. Muslim lokal di Australia bisa merasa bangga atas kehadiran museum ini, sebab museum ini merupakan pencapaian dan kontribusi umat Muslim Australia."
Selain itu, dengan adanya museum ini juga bermanfaat untuk memberikan informasi yang benar dan positif soal Islam. Sebab, di media sudah terlalu banyak isu negatif yang perlu dilawan. "Kami harus menyuarakan hal-hal positif tentang Islam. Mayoritas umat Muslim sesungguhnya memberikan kontribusi positif bagi dunia," ujar Fahour.
Semua umat Muslim, baik di Australia dan di Indonesia harus bangga dengan kebudayaan Islam. Banyak isu negatif ditebar di luar sana, namun kita harus terus fokus pada isu positif. "Museum ini menjelaskan kepada dunia kalau Islam sudah memberikan kontribusi yang besar dan positif bagi dunia. Kita umat Islam harus senang dan bangga."
Islamic Museum of Australia mendapatkan dana dari bisnis dan Pemerintah Australia. Saat ini penduduk Australia berjumlah 23 juta jiwa dengan umat Muslim sebanyak 600 ribu jiwa.