Selasa 18 Jul 2017 21:42 WIB

Buni Yani Nilai Persidangannya Dipenuhi Unsur Politik

Buni Yani menanggapi kesaksian Andi Windo Wahyudi yang melaporkan postingan Buni Yani hadir pada sidang lanjutan kasus dugaan pelanggaran Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) yang menjerat Buni Yani, di Gedung Arsip dan Perpustakaan Daerah Kota Bandung, Kota Bandung, Selasa (18/7).
Foto: Republika/Edi Yusuf
Buni Yani menanggapi kesaksian Andi Windo Wahyudi yang melaporkan postingan Buni Yani hadir pada sidang lanjutan kasus dugaan pelanggaran Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) yang menjerat Buni Yani, di Gedung Arsip dan Perpustakaan Daerah Kota Bandung, Kota Bandung, Selasa (18/7).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Terdakwa kasus dugaan pelanggaran Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) Buni Yani menduga persidangannya dipenuhi unsur politik.

"Persidangan hari ini menujukan persidangan yang dzalim karena diarah-arahkan terus ditarik-tarik terus ke arah politik," ujar Buni Yani ditemui usai persidangan di Gedung Perpustakaan dan Arsip Kota Bandung, Selasa (18/7).

Menurutnya, dari keterangan tiga saksi yang dihadirkan jaksa penuntut umum ke persidangan, berbeda-beda dari apa yang disampaikan juga dari di berita acara pemeriksaan (BAP).

"Tadi kita melihat dua saksi yang dihadirkan jaksa tapi dua-duanya yang dihadirkan menujukan mereka tidak berpihak keterangannya, berbanding terbalik dengan saksi yang pertama," katanya.

Bahkan ia menduga, JPU diperalat oleh seseorang bahwa kasus yang menjeratnya selalu ditarik-tarik ke unsur politik. Ia pun menegaskan bahwa dirinya tidak pernah memotong video, namun hanya mengunggah ulang dari salahsatu media sosial.

"Makanya ini kita lawan, ini dasarnya kebebasan berpendapat. Masa caption saja bisa dijerat hukum," ucapnya.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement