REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Gubernur terpilih Daerah Khusus Ibukota Jakarta Anies Baswedan akan mengajak para pelajar Jakarta untuk belajar tentang dunia pertanian di wilayah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
"Kita berharap nanti ada program, terutama bagi anak usia pelajar itu bisa datang dan tinggal di sini yang sudah ada percontohan pertaniannya," kata Anies disela kunjungannya ke Desa Wisata Candran, Desa Kebonagung, Bantul, Rabu (19/7) sore.
Pada kunjungan tersebut Anies bersama salah satu putra dengan mengenakan pakaian Jawa atau surjan menaiki sebuah alat pertanian tradisional yang digunakan untuk membajak sawah dengan bantuan tenaga kerbau.
"Apalagi di sini juga ada desa wisatanya, jadi kita ingin agar pengalaman dalam dunia pertanian lebih banyak lagi dimiliki oleh anak-anak kita," katanya.
Meski demikian, lanjut Anies, program belajar pertanian bagi pelajar Jakarta, daerah yang akan dipimpinnya bersama Wakil Gubernur terpilih Sandiaga Uno tidak harus ke Yogyakarta, melainkan ke daerah yang masih kental dengan budaya pertanian tradisional.
"Ke sini ataupun tempat lain yang dekat dari Jakarta, tapi bagi siapapun ini adalah kesempatan. Desa wisata seperti ini yang kita ingin bukan hanya wisatawan mancanegara, tapi juga masyarakat dari kota datang kembali ke desa," katanya.
Anies menjelaskan, banyak hal dari budaya masyarakat Yogyakarta yang bisa dipelajari pelajar bahkan diterapkan di Jakarta nantinya, dan sebelum berkunjung ke Bantul ini, Anies mengaku sudah bertemu dengan Gubernur DIY Sri Sultan HB X untuk komunikasi lebih jauh.
"Tadi malam sudah diskusi dengan Sri Sultan, juga di Sleman ada Minapadi. Jadi banyak hal terutama partisipasi, kerja sama antar masyarakat. Itu yang ingin nanti kita hidupkan di Jakarta dan pemerintah akan fasilitasi, agar inisiatif masyarakat bisa berkembang," katanya.
Ia mengatakan, sebab inisiatif masyarakat untuk bisa berkembang juga berasal dari masyarakat itu sendiri, karena warga yang mengetahui tata lingkungan sekitar. Dan pemerintah punya kewajiban memfasilitasi masyarakat untuk berkembang.
"Dan membudayakan yang seperti itu bisa, karena artinya sesungguhnya itu hanya masalah kemauan saja, bila ada kemauan dan pemerintah memfasilitasi Insya Allah akan bisa berjalan," katanya.