REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu berencana mengikutsertakan warga negara Indonesia (WNI) yang pernah mendukung kelompok radikal Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dalam pelatihan Bela Negara. Pelatihan ini sebagai program deradikalisasi.
"Kami ingin WNI mantan ISIS yang kembali dari Suriah ikut Bela Negara. Itu termasuk deradikalisasi. Kami 'cuci otak'-nya," kata Ryamizard di Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Bela Negara Kemenhan di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (19/7).
Kelak, kata dia, pelatihan Bela Negara yang diterapkan bagi WNI mantan ISIS akan menekankan pada pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. "Kami ganti pemikiran mereka dengan Pancasila. Kami kasih tahu kalau Indonesia bukan negara Islam, tetapi negara orang beragama. Mereka juga harus tahu aturan-aturan yang ada di Indonesia," kata Menhan.
Mantan Kepala Staf Angkatan Darat itu juga menambahkan program Bela Negara bakal segera dimasukkan dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah serta perguruan tinggi sebagai langkah antisipasi menyebarnya ideologi radikal di kalangan pelajar hingga mahasiswa. "Bela Negara merupakan program prioritas Kemenhan ke depan. Kami juga dalam waktu dekat akan mengumpulkan 130 rektor untuk membahas kegiatan ini di kampus-kampus," kata dia.
Kementerian Dalam Negeri Turki seperti dilansir News.com.au, pada Sabtu (15/7), menyatakan Indonesia menempati peringkat kedua di dunia dalam daftar jumlah militan asing ISIS yang ditangkap di Turki, setelah Rusia. Dari total 4.957 militan asing ISIS yang ditangkap di Turki, sebanyak 804 orang merupakan warga Rusia dan 435 orang merupakan warga Indonesia.
(Baca juga: Menhan: WNI yang Sudah Gabung ISIS tidak Perlu Pulang)