Kamis 20 Jul 2017 01:35 WIB

Kantor DPP PPP Dijaga Ketat Kepolisian

Rep: Taufik Alamsyan Nanda/ Red: Agus Yulianto
Wakil Ketua DPP PPP Humphrey Djemat
Foto: Antara/Galih Pradipta
Wakil Ketua DPP PPP Humphrey Djemat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kantor Dewan Pimpnan Pusat Partai Peersatuan Pembangunan  (PPP) di Jalan Diponegoro, Jakarta, dijaga ketat kepolisian sejak Rabu malam (19/7). Pasalnya, dikabarkan bahwa kantor tersebut hendak direbut paksa oleh kubu Romahurmuziy alias Romi.

“Kita dapat info dari dalam (petugas kantor PPP) katanya mau diambil alih ini gedung, jadinya kita menjaga saja. Kita nggak ada pro kubu mana kubu mana ya, kita cuma menjaga. Kalau personel gabungan dari Polda, Polres dan Polsek lengkap peralatan. Ada Brimob juga, ya sekitar 100 personel lebih ya," ujar Wakapolres Jakarta Pusat AKBP Asep Guntur.

Aparat Brimob sudah bersiaga di sekitar Kantor DPP PPP di Jalan Diponegoro yang dikuasai kubu Djan Faridz. Menurut sumber dari rilis pers PPP kubu Djan Faridz, pasukan Brimob ini datang atas perintah salah satu petinggi Polri untuk membuka jalan kubu Romi mengambil alih kantor DPP PPP malam ini. Sedangkan aparat kepolisian yang selama ini menjaga kantor DPP PPP yang diperintahkan untuk meninggalkan lokasi.

 

Wakil Ketua Umum PPP kubu Djan Faridz, Humphrey Djemat mengatakan, bahwa kubu mereka akan terus mempertahankan kantor DPP. “Sampai ada putusan pengadilan yang benar-benar bisa dijadikan pegangan. Ini masih dalam proses terus, atau kedua belah pihak mau bersama-sama menyelesaikan,” ujarnya.

Djemat juga berharap agar tidak ada cara-cara premanisme yang dilakukan. “Kalau cara-cara seperti ini dilakukan akan ada perlawanan dari kita. Sampai kapan pun juga. Entah mau pakai siapa-siapa di atas kita, nggak ada urusan. Hukum tetap harus ditegakkan. Nah, untuk inilah kita minta perhatian dari presiden Jokowi untuk melihat cara-cara kekerasan ini, yang kalau ditoleransi oleh siapa pun juga ini akan menyulitkan kondisi di masyarakat dan bangsa kita,” ucapnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement