REPUBLIKA.CO.ID, BLITAR -- Tim Satuan Tugas Pangan Kota Blitar, Jawa Timur melakukan inspeksi mendadak ke distributor penjualan garam. Sidang ini menyusul kelangkaan di pasar selama beberapa pekan terakhir sehingga harga jual juga naik.
"Sudah tiga pekan ini di wilayah kami, garam agak langka, jadi kami sidak apakah distributor melakukan penimbunan atau tidak," kata Petugas Penindakan Tim Satgas Pangan Kota Blitar yang juga Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polresta Blitar AKP Heri Sugiono, di Blitar, kemarin.
Ia dan tim sengaja datang langsung ke distributor yang menjual garam unutk memastikan apakah ada penimbunan atau tidak.
Tim berkunjung ke salah satu distributor dan langsung melakukan pengecekan barang-barang. Petugas juga sempat menemukan garam dalam sejumlah tumpukan di gudang.
Tim juga langsung mengklarifikasi dengan temuan itu. Namun, dari hasil klarifikasi ternyata belum menemukan indikasi kesengajaan distributor bersangkutan melakukan penimbunan. Stok yang ada di gudang terbatas, sehingga belum mencukupi untuk permintaan.
Hasil koordinasi ternyata kelangkaan garam bukan hanya terjadi di Kota Blitar, melainkan juga di daerah lain.
Namun, untuk penyebab kelangkaan masih dilakukan penyelidikan lebih lanjut, mengingat penghasil garam terpusat pada bebarapa daerah, bukan di Kota Blitar.
Heri juga meminta distributor tidak melakukan penimbunan, dan jika melanggar distributor bersangkutan akan ditindak. Ia pun meminta warga berpartisipasi aktif ikut melaporkan indikasi penimbunan, sehingga petugas juga langsung sigap bertindak.
"Kami berharap jika ada informasi yang penting ke kami, akan kami tindak jika ada penimbunan. Penyebab kelangkaan itu, kami koordinasikan dan ini antarwilayah bukan hanya di Blitar tapi juga ke kabupaten lain. Kami juga akan koordinasikan dengan Disperindag," ujarnya lagi.
Ana Anggraeni, distributor garam mengaku pengiriman garam dari pabrik memang mengalami keterlambatan, bahkan pengurangan. Dia tidak bisa melayani pelanggan secara maksimal termasuk mengurangi permintaan, karena harus membagi stok yang ada.
Pihaknya juga membatasi permintaan para pelanggan. Setiap pembelian dibatasi maksimal 50 kilogram garam, sebab stok juga sangat terbatas. Stok minim, sehingga permintana pelanggan juga tidak utuh semua.
"Bahan baku juga susah, permintaan banyak. Ini juga antre. Bahkan untuk permintaan juga tidak semuanya dapat dipenuhi, seperti minta 100, tidak diberi penuh 100," kata Ana.
Dia menuturkan, dulu sebenarnya pembuat garam banyak, namun saat ini yang beredar terbatas. Beberapa tidak lagi beredar karena tidak ada izin atau pun tidak beryodium, sehingga penjualan garam saat ini lebih diperketat.