REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING – Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas meyakini bahwa Cina siap untuk berkontribusi dalam memajukan proses perdamaian. Abbas tiba di Cina pada Selasa waktu setempat untuk kunjungan kenegaraan selama empat hari atas undangan Presiden Cina Xi Jinping.
“Saya merasa terhormat untuk bertemu dengan Presiden Cina kemarin. Saya memperhatikan ketertarikannya pada apa yang terjadi di wilayah ini dan kesiapannya untuk memainkan peran positif untuk mendorong proses perdamaian ke depan,” kata Abbas dalam pidatonya di Chinese Academy of Governance, Beijing, dikutip Jerusalem Post, Kamis (20/7).
Abbas memuji rencana empat poin Cina untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina, dan mengatakan bawha warga Palestina siap untuk berkoordinasi dengan Beijing untuk menerapkannya. Rencana tersebut, yang dimulai pada tahun 2013, menyerukan pembentukan sebuah negara Palestina berdasarkan batas 1967, menghormati hak Israel untuk eksis dan masalah keamanan, menghentikan kegiatan pemukiman dan kekerasan terhadap warga sipil, dan jaminan internasional untuk memajukan proses perdamaian.
Abbas juga mengatakan bahwa dia mendukung pertemuan triwulan kedua Cina-Israel-Palestina untuk kemajuan proses perdamaian. “Kami mendukung diadakannya seminar politik tiga arah di Cina untuk dialog, mengklarifikasi posisi dan upaya perdamaian kembali, dan menerapkan rencana di lapangan,” ujar Abbas.
Cina tidak pernah menjadi perantara langsung dalam proses perdamaian Timur Tengah. Namun kini Beijing telah menyatakan keinginannya untuk menjadi tuan rumah bagi perundingan Israel dan Palestina. Pada 2013 Cina menerima kunjungan Abbas dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada pekan yang sama, dan menawarkan untuk mengadakan dialog antara kedua pemimpin tersebut, jika mereka tertarik. Namun tidak ada dialog yang akhirnya terjadi.
Kunjungan Abbas ke Cina terjadi empat bulan setelah Netanyahu mengunjungi negara tersebut. Selama kunjungannya, Netanyahu dan delegasi yang menyertainya menandatangani puluhan perjanjian bilateral dengan Cina untuk meningkatkan kerjasama teknologi dan inovasi.
"Saya yakin ini adalah pernikahan yang dibuat di surga," kata Netanyahu mengenai hubungan Cina-Israel saat itu.
Pejabat Fatah yang ebrtugas mengelola hubungan antara Cina dan Palestina, Abbas Zaki, mengatakan bahwa dia mengetahui hubungan Israel dan Cina, namun menekankan bahwa Cina tidak akan sepenuhnya terlibat dengan Israel sampai kesepakatan damai antara Israel dan Palestina tercapai.
"Kami tahu bahwa Cina memiliki kepentingan di Israel, namun juga memiliki nilai dan tidak akan mendukung hak-hak Palestina," Zaki mengatakan kepada The Jerusalem Post dalam sebuah wawancara.
"Itu tidak hanya beroperasi sesuai dengan kepentingan ekonomi-Cina adalah anugerah Tuhan".