REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Pasukan keamanan Mesir membunuh seorang tokoh militan terkemuka ISIS pada Selasa (18/7), atas dugaan keterlibatannya dalam serangan baru-baru ini di Sinai utara, demikian menurut sebuah pernyataan Kementerian Dalam Negeri Mesir.
Mesir tengah menghadapi pemberontakan yang dipimpin oleh kelompok ISIS di Semenanjung Sinai, di mana ratusan tentara dan polisi telah terbunuh sejak 2013. Pernyataan tersebut mengatakan pasukan keamanan melakukan serangan terhadap sebuah gedung yang sedang dibangun di Arish, sebuah kota di Sinai utara, tempat kelompok militan mendirikan basis operasi.
Baku tembak terjadi, menewaskan salah satu pemimpin kelompok tersebut, Ahmed Hassan Ahmed Al-Nashu, yang juga dikenal sebagai Ghandur al-Masri, kata pernyataan tersebut. Masri disebut-sebut bertanggung jawab dan terlibat dalam beberapa operasi penyerangan, serta dalam merekrut anggota baru untuk Ansar Bayt al-Maqdis, sebuah kelompok pemberontak yang bermarkas di Sinai.
Kelompok tersebut telah mengikrarkan janji setianya kepada ISIS sejak 2014. Kelompok ISIS juga semakin gencar melakukan serangan di wilayah Mesir daratan terhadap pasukan keamanan dan kaum Kristen Koptik dalam beberapa bulan belakangan, menewaskan sekitar 100 pengikut Koptik sejak Desember.
Jet militer telah melakukan serangan udara di daerah-daerah timur Arish dan selatan kota perbatasan Sheikh Zuweid. Kementerian Dalam Negeri Mesir mengatakan bahwa polisi telah membunuh dua anggota gerakan Hasm, yang telah mengaku bertanggung jawab atas beberapa serangan yang terjadi di Kairo tahun lalu.
Pada bulan ini, sedikitnya 23 tentara tewas saat bom mobil bunuh diri menghantam dua pos pemeriksaan militer di Sinai utara pada Jumat, sebuah serangan yang diakui pertanggung-jawabannya oleh kelompok ISIS, menandai salah satu serangan paling mematikan terhadap pasukan keamanan selama bertahun-tahun.