REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Penyelidik menyimpulkan sebuah pesawat militer Myanmar yang ditumpangi 122 tentara, anggota keluarga dan awak pesawat pada bulan lalu jatuh ke Laut Andaman karena cuaca buruk, seperti yang disampaikan media pemerintah, Rabu (19/7).
Pesawat angkut bertipe Y-8-200F buatan Cina itu menghilang pada 7 Juni dalam penerbangan mingguan dari beberapa kota pesisir Selatan ke kota terbesar di Myanmar, Yangon. Pesawat yang menggunakan empat mesin turbopropeler itu dikembangkan Cina dengan basis dari pesawat angkut menengah Antonov An-12 buatan Rusia.
Sebuah operasi pencarian dan penyelamatan skala besar yang telah dilakukan tidak menemukan korban selamat dan setidaknya 83 jenazah sudah diangkat dari laut. Militer sebelumnya mengatakan sebuah awan besar kemungkinan menjadi penyebab bencana tersebut dan sebuah tim termasuk pejabat militer dan sipil Myanmar serta sejumlah pakar dari Angkatan Udara Australia dibentuk untuk menyelidiki bencana tersebut.
Harian Global New Light yang dikelola pemerintah Myanmar menyampaikan para ahli telah menganalisis laporan cuaca dan data dari perekam data penerbangan dan perekam suara kokpit atau"kotak hitam yang ditemukan di bagian ekor pesawat.
Penyidik menyimpulkan pesawat tersebut kehilangan kendali setelah memasuki awan tebal lebih dari 1,5 jam penerbangan, di mana ditemukan pembentukan lapisan es pada saluran udara mesin. Selanjutnya pada titik ini, badan pesawat tiba-tiba dihantam angin menyamping, kata surat kabar tersebut.
Cuaca buruk menyebabkan pesawat berhenti atau kehilangan kemampuan untuk mencapai daya angkat, menyebabkan badan pesawat berputar dan jatuh dengan posisi hidung pesawat menukik atau "nosedive".
Pilot tidak dapat memulihkan kendali pesawat, menurut para peneliti menyampaikan. Para penyelidik juga bertemu dengan pejabat dari China National Aero-Technology Import & Export Corporation, sebuah BUMN pembuat pesawat tersebut, dan melakukan perjalanan ke Xian, China, untuk mengakses data dari perekam penerbangan yang telah ditemukan, kata laporan tersebut.
Mereka juga mengesampingkan dugaan sabotase, ledakan dan kegagalan mesin sebagai penyebab kecelakaan.