REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Perundingan militer antara Korea Selatan (Korsel) dan Korea Utara (Korut) masih belum menemui kejelasan. Korsel mengatakan pihaknya masih menunggu konfirmasi kedatangan Pyongyang untuk melangsungkan perundingan yang rencananya digelar Kamis (20/7).
Kementerian Pertahanan Korsel sebelumnya telah menawarkan proses perundingan kepada Korut pada Jumat pekan lalu, tepatnya di dekat perbatasan demiliterisasi yang menyekat kedua negara. Kementerian Pertahanan Korsel mengatakan, mereka akan memberi Korut waktu hingga Kamis (20/7) sore untuk meresponsnnya.
Namun, hingga saat ini, Korut belum memberikan tanggapan atau respons apapun terkait tawaran perundingan tersebut. “Kami masih menunggu posisi resmi Korut. Persiapan administratif untuk pembicaraan dari pihak kita sedang berlangsung dan berjalan dengan lancar,” ungkap juru bicara Kementerian Pertahanan Korsel Moon Sang-Gyun seperti dilaporkan laman CNN.
Meskipun militer Korea Selatan telah melakukan penawaran serupa kepada Korut, namun tawaran terbaru ini merupakan simbol harapan dari Presiden Korsel Moon Jae-in yang belum lama ini terpilih. Ia memang memiliki misi untuk menciptakan denuklirisasi di Semenanjung Korea melalui dialog dan kerja sama.
Proposal perundingan yang diajukan Korsel kepada Korut diberikan tak lama setelah negara pimpinan Kim Jong-un itu melakukan uji coba rudal yang diklaim sebagai rudal balistik antarbenua. Rudal tersebut dilaporkan mampu menempuh jarak hingga Alaska.
Tak lama setelah tes rudal tersebut, Moo Jae-in mengatakan bahwa dia bersedia bertemu dengan Kim Jong-un, kapan dan di mana saja, selama keadaan memungkinkan. Namun Moon dan Kementerian Pertahanan Korsel masih harus menunggu keputusan Korut untuk berunding.