Jumat 21 Jul 2017 07:39 WIB

Pasukan Irak Rebut Kembali Desa di Selatan Mosul dari ISIS

Anggota pasukan reaksi cepat Irak menembakkan mortar kepada posisi militan ISIS di barat Mosul, Irak, 31 Mei 2017.
Foto: REUTERS/Alkis Konstantinidis
Anggota pasukan reaksi cepat Irak menembakkan mortar kepada posisi militan ISIS di barat Mosul, Irak, 31 Mei 2017.

REPUBLIKA.CO.ID, TIKRIT -- Pasukan Irak pada Kamis (20/7) merebut kembali Imam Gharbi, sebuah desa di selatan Mosul, dari ISIS yang telah menguasainya untuk pertahanan mereka setelah benteng mereka di kota tersebut hancur, kata polisi Irak.

Aksi tersebut merupakan bagian dari fase berikutnya dari kampanye pemerintah yang didukung Amerika Serikat untuk mengusir kelompok ISIS dari Irak dan membongkar kekhalifahan yang mereka proklamirkan sendiri itu.

Kolonel Polisi Kareem Aboud mengatakan pasukan pemerintah menguasai sepenuhnya Imam Gharbi saat fajar menyingsing. Mereka menemukan mayat dua wartawan Irak yang terbunuh di sana tak lama setelah gerilyawan tersebut menyerang, katanya. Pasukan sekarang memeriksa desa tersebut untuk mencari militan yang tersisa.

Perdana Menteri Haider al-Abadi mengumumkan kemenangan atas kelompok ISIS di Mosul pada 10 Juli setelah pertempuran sembilan bulan, menandai kekalahan terbesar kelompok Muslim Sunni garis keras itu sejak penguasaan kelompok itu atas Irak utara tiga tahun lalu.

Namun militan menguasai sebagian besar Imam Gharbi, di tepi barat Sungai Tigris sekitar 70 km (44 mil) selatan Mosul, dalam jenis serangan yang sekarang diperkirakan akan mereka lakukan saat pasukan Irak mendapatkan kembali kendali atas kota-kota yang direbut oleh kelompok tersebut selama serangan 2014.

Diusir keluar dari Mosul, kekuasaan kelompok ISIS di Irak akan berkurang menjadi hanya di daerah pedesaan, gurun barat dan bagian selatan kota. Kelompok ISIS juga menghadapi tekanan di basis operasionalnya di kota Raqqa di Suriah, di mana pasukan Kurdi dan Arab yang didukung Amerika Serikat telah merebut wilayah di tiga sisi kota itu.

Sebelumnya pada 17 Oktober, Perdana Menteri Irak Haider Al-Abadi mengumumkan dimulainya serangan besar untuk merebut kembali Mosul, kota terbesar kedua di negeri tersebut. Sejak itu, pasukan keamanan Irak telah memasuki pinggiran Mosul dan membuat kemajuan di jalur lain di seluruh kota tersebut, menurut laporan Xinhua. Mereka mempersiapkan diri untuk perang besar dalam penyerbuan ke kota itu dan mengusir petempur ISIS.

Pada penghujung Januari, Al-Abadi mengumumkan pembebasan sisi timur Mosul, atau tepi kiri Sungai Tigris, setelah lebih dari 100 hari perang melawan anggota ISIS. Pada 19 Februari, pasukan keamanan melanjutkan serangan guna mengusir petempur fanatik dari sisi barat Mosul, yang oleh warga setempat dikenal dengan nama pinggir kanan Sungai Tigris yang membelah kota tersebut.

Namun, bagian barat Mosul, dengan jalannya yang sempit dan permukimannya yang padat penduduk di pusat Kota Tua itu, tampaknya menjadi tantangan yang lebih besar buat pasukan Irak. Diperlukan waktu lima bulan sampai tentara Irak sepenuhnya membebaskan pinggir barat, termasuk Kota Tua.

Mosul, 400 kilometer di sebelah utara Ibu Kota Irak, Baghdad, jatuh ke dalam kekuasaan ISIS sejak Juni 2014 ketika tentara pemerintah meninggalkan senjata mereka dan menyelamatkan diri, sehingga memungkinkan petempur ISIS merebut banyak wilayah Irak Utara dan Barat.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement