Jumat 21 Jul 2017 16:27 WIB

Penyebab Tingkat Konsumsi Masyarakat Indonesia Lemah

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nidia Zuraya
Konsumen/ilustrasi
Foto: IST
Konsumen/ilustrasi

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Tingkat konsumsi masyarakat pada paruh pertama tahun 2017 melemah seiring dengan masih melambatnya ekspansi industri perbankan serta harga-harga komoditas dunia yang masih terkoreksi.

Gubernur Bank Indonesia, Agus DW Martowardojo menjelaskan, ada beberapa penyebab melemahnya daya beli masyarakat.

Pertama, disebabkan oleh korporasi dan perbankan Indonesia masih dalam kondisi konsolidasi. Meskipun terdapat optimisme kenaikan harga komoditas pada akhir tahun 2016 serta awal tahun 2017, pengusaha belum ekspansi karena memantau fluktuasi harga komoditi dunia.

"Pengusaha belum ekspansi keliatannya masih ingin menunggu apakah harga komoditi dunia akan terus tinggi atau akan kembali ada koreksi karena di kuartal kedua ada koreksi," ujar Agus DW Martowardojo saat ditemui Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (21/7).

Kedua, pada tahun lalu korporasi dan perbankan masih dalam konsolidasi disebabkan adanya kenaikan rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL). Konsolidasi rasio NPL ini menurut Agus masih memerlukan waktu.

Di sisi lain, terdapat peningkatan investasi pembangunan antara lain pada dunia usaha yang khususnya sumber daya alam, perkebunan, pertambangan, penggalian serta investasi pada mesin dan peralatan. Pada kuartal pertama juga terdapat kenaikan ekspor, namun pada kuartal kedua harga sedikit menurun.

Sementara itu, harga minyak dunia pada Juli 2017 diasumsikan mengalami penurunan. Harga minyak yang sebelumnya rata-rata di atas 50 dolar AS per barel, sekarang diperkirakan lebih rendah dari sebelumnya. Penyebabnya antara lain karena stok daripada energi AS yang tinggi, kemudian ada perkiraan negara OPEC seperti negara Iran, yang tetap memproduksi di atas kesepakatan OPEC.

"Jadi harga minyak juga turun. Tapi saya katakan konsumsi itu akan meningkat di semester ke dua," katanya.

Sementara itu Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai, bisnis pada semester satu cukup lesu karena momen Lebaran, namun secara umum kondisi ekonomi Indonesia cukup baik.

"Memang bisnis ritel melambat tapi ekspor kita berjalan baik kemudian ditambah dengan berita baik seperti pendapat atau penilaian dari lembaga rating. Akumulasinya positif buat kita," ujar Darmin.

Darmin menjelaskan, saat ini ekspor pemerintah dalam kondisi yang baik dari tiga sektor yakni pertanian, industri, dan pertambangan. Apabila Pertanian terutama dari perkebunan, terdapat peningkatan ekspor, maka akan meningkatkan penghasilan masyarakat petani dan perkebunan.

"Sekarang ekspor, investasi relatif baik, mungkin konsumsinya sedikit lebih rendah pertumbuhannya, tapi hasil akhir gabungan dari itu semua tetap relatif baik," tutur Darmin.

Darmin menambahkan, konsumsi akan berubah saat anggaran membaik pengeluarannya, serta ekspor yang membaik.

"Jadi jangan berpikir itu berdiri sendiri-sendiri saja, konsumsi itu bukan barang yang berdiri sendiri, kalau anggaran pemerintah realisasinya makin baik, pengaruhnya positif untuk konsumsi, ekspor makin baik pengaruhnya positif untuk konsumsi," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement