REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur segera mengusulkan kepada pemerintah pusat agar Parade Kuda Sandelwood dan Festival Tenun Ikat di Pulau Sumba dijadikan kegiatan rutin kepariwisataan nasional.
"Kami sedang persiapkan untuk segera mengusulkan dua kegiatan pariwisata yang unik dan hanya ada di Sumba ini menjadi event tahunan secara nasional," kata Kepala Dinas Pariwisata Provinsi NTT Marius Ardu Jelamu di Kupang, Jumat (21/7).
Ia mengatakan, Gubernur NTT Frans Lebu Raya telah berdiskusi secara pribadi dengan Presiden Joko Widodo terkait usulan itu sehingga diharapkan parade ribuan kuda sandelwood dan festival ribuan tenun ikat ini diangkat sebagai event nasional. "Kami akan usulkan secara resmi ke Bapak Presiden Jokowi, sehingga event ini menjadi branding pariwisata Indonesia bukan hanya branding pariwisata NTT," katanya.
Menurut Marius, kedua event pariwisata Sumba yang baru pertama kali diselenggarakan beberapa waktu lalu dihadiri Presiden Jokowi itu telah mendapat apresiasi publik yang tinggi. Marius meyakini, apresiasi itu menunjukkan perhatian masyarakat baik domestik maupun dunia yang tinggi sehingga berdampak pada peningkatan arus kunjungan wisatawan ke Pulau Sumba.
Untuk itu, lanjut dia, pemerintah provinsi akan terus menggelar event itu setiap tahun yang diharapkan juga menjadi event nasional sehingga menjadi bagian dari prioritas pemerintah pusat melalui Kementerian Pariwisata.
"Pemerintah se-daratan Sumba bersama masyarakatnya juga menginginkan agar event ini dilakukan setiap tahun karena brandingnya memiliki pengaruh dan dampak yang besar bagi daerah itu," katanya.
Kedua event tersebut juga, katanya telah berhasil memecahkan rekor museum rekor Indonesia (MURI) untuk parade kuda dan festival kuda terbanyak sehingga memberikan nilai tambah yang membuat branding pariwisata itu jauh lebih besar dari yang diharapakan.
Ia mengatakan, kuda sandelwood dan tenun ikat merupakan warisan budaya masyarakat Sumba yang unik dan merupakan bagian dari filsafat hidup mereka.
"Kuda sandelwood ini di dunia memang hanya ada di Sumba, sementara tenun ikat juga merupakan warisan produk budaya yang memiliki motif-motif unik yang masing-maisngnya memiliki nilai filosofis tertentu yang menggambarkan kehidupan masyarakat setempat," katanya.
Atas keunikan budaya itu, Marius memimpikan agar suatu waktu produk budaya tersebut bisa diusulkan ke Unesco sebagai bagian dari warisan budaya unik di dunia.
"Mimpi saya kalau kita sudah setiap tahun menyelenggarakannya maka kita akan usul sebagai Lembaga kita akan usulkan ke UNESCO sebagai warisan budaya dunia yang ada di Indonesia," katanya.
Untuk itu, kata dia, produk budaya yang diwarisakan secara turun-temurun itu perlu dipersiapkan dengan baik terkait desainnya sehingga sudah dalam kondisi yang unik dan indah ketika diusulkan jadi warisan budaya dunia.
Marius menginginkan, parade kuda sandelwood berhias dan festival tenun ikat akan menjadi icon dan terkenal hingga ke berbagai belahan dunia seperti halnya Komodo.
"Sama seperti Komodo yang sudah menjadi perhatian dunia dan nama Indonesia juga bisa terangkat karena Komodo, sehingga kita mau di bidang seni dan budayanya, parade sandelwood dan festival tenun ini suatu saat akan seperti itu," katanya.