REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Wisata budaya adalah salah satu sektor wisata yang paling populer di Yogyakarta. Potensi inilah yang ingin terus dioptimalkan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta.
Kepala Bidang Pengembangan dan Pemasaran Pariwisata Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta Yetti Martanti mengatakan, saat ini, Dinas Pariwisata tak hanya fokus untuk menggenjot pariwisata dari sisi kuantitas. "Kami ingin juga ada peningkatan dari sisi kualitas," ujar Yetti kepada Republika.co.id, Jumat (21/7).
Salah satu langkah dalam meningkatkan kualitas adalah dengan terus mendukung penyediaan infrastruktur yang menunjang kenyamanan wisatawan. Infrastruktur yang ia maksud di antaranya adalah amenitas.
Menurutnya, amenitas itu mencakup beberapa hal seperti akomodasi, tempat hiburan, destinasi kuliner, dan souvenir. "Amenitas ini selain memudahkan wisatawan juga dapat menggerakan perekonomian di suatu daerah serta menambah lapangan kerja," kata dia.
Dengan begitu, lanjutnya, tujuan utama dari sektor pariwisata yang dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar pun dapat tercapai. Hal inilah yang kemudian ia maksud sebagai peningkatan pariwisata dari sisi kualitas, sehingga indikator keberhasilan sektor pariwisata di suatu daerah tak hanya diukur dari sisi jumlah wisatawan namun juga dari sisi seberapa besar manfaat sektor pariwisata yang diserap oleh suatu daerah.
"Sehingga bukan hanya kunjungan, spending atau belanja wisatawan juga menjadi salah satu tolak ukur utama," ujar Yetty.
Selain itu, ia pun juga mengatakan bahwa salah satu strategi untuk meningkatkan kenyamanan wisatawan adalah dengan terus menambah perluasan jaringan pedestrian di Kota Yogyakarta. Sehingga, wisatawan dapat menikmati setiap sudut kota dengan nyaman.
Dari sisi program, Dinas Pariwisata juga ingin menggenjot kualitas pariwisata melalui adanya kampung wisata. Program ini merupakan program untuk menciptakan sebuah destinasi wisata yang dalam proses penciptaanya melibatkan kontribusi dari masyarakat setempat.
Ia mengakui, program kampung wisata ini memiliki tantangan tersendiri karena dalam pengelolaanya berbeda dengan wisata sejarah, wisata budaya maupun wisata alam.
"Tantanganya adalah karena kampung wisata dikembangkan melalui proses penciptaan, bukan melalui pemanfaatan atas potensi yang sudah ada," kata dia. Hingga saat ini, lanjut dia, telah terdapat 17 kampung wisata yang masih terus dikembangkan.