Jumat 21 Jul 2017 19:31 WIB

Korban Gempa 2009 Masih Bertahan di Penampungan

Gempa yang terjadi di Padang beberapa waktu lalu, ilustrasi
Gempa yang terjadi di Padang beberapa waktu lalu, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, LUBUKBASUNG -- Sebanyak 24 kepala keluarga korban gempa bumi pada 30 September 2009 di Kabupaten Agam, Sumatra Barat, hingga kini masih bertahan di shelter di Nagari Sungai Batang.

Salah seorang korban gempa bumi, Usni (52), mengatakan dia beserta korban lainnya masih menghuni bangunan selter tersebut semenjak 2009. "Saat ini 24 kepala keluarga dengan jumlah sekitar 170 jiwa menghuni shelter itu," katanya di Lubukbasung, Jumat (21/7).

Untuk memenuhi kebutuhan hidup, tambahnya, sebagian mereka bekerja sebagai buruh harian keramba jaring apung di Danau Maninjau, berkebun dan bertani di lahan mereka. Sementara biaya listrik ditanggung oleh Pemda setempat dan setiap lebaran mendapatkan bantuan dari Baznas Agam.

Ia menyebutkan warga terkendala mendapatkan air bersih untuk kebutuhan mencuci, mandi dan minum. "Kami terpaksa mandi dan mencuci di Danau Maninjau dengan jarak sekitar dua kilometer. Untuk air minum, kami mengambil di kantor wali nagari atau masjid terdekat," katanya.

Awalnya, sekitar 664 jiwa berasal dari 122 kepala keluarga dari Jorong Pandan, Galapung, Batunaggai, dan Muko Jalan yang tinggal di selter tersebut.

Seiring dengan perjalanan waktu, sebagian ada yang sudah kembali ke lokasi semula dan ada yang sudah pindah ikut saudara mereka, sehingga yang tinggal sebanyak 24 kepala keluarga.

"Rencananya Pemda Agam akan merelokasi kami ke rumah korban gempa bumi yang telah dibangun di Dama Gadang, Nagari Tanjung Sani, Kecamatan Tanjung Raya," katanya.

Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Agam, Nelfendri menambahkan, mereka akan direlokasi dalam waktu dekat, karena rumah untuk korban gempa bumi di Dama Gadang sebanyak 113 unit sudah selesai dibangun pada 2016 dengan dana Rp8,11 miliar yang berasal dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Namun tinggal listrik untuk penerangan dan diharapkan pada Juli 2017 ini listrik sudah masuk ke rumah itu.

"Setelah listrik sudah menyala, maka korban gempa bumi sebanyak 113 kepala keluarga akan direlokasi ke rumah itu. Khusus korban gempa bumi yang tinggal di selter biaya listrik dan kontrak tanah di tanggung Pemda Agam," katanya yang didampingi Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) pembangunan 113 unit rumah, Indra Junaidi.

Ia menambahkan, Pemkab Agam mendapatkan kucuran dana untuk kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca gempa bumi 30 September 2009 sebesar Rp55,6 miliar bagi 842 kepala keluarga yang berasal dari BNPB .

Dari 842 kepala keluarga itu, sebanyak 51 kepala keluarga membangun rumah di tanah sendiri yang ada di luar empat jorong itu seperti, Kecamatan Lubukbasung, Baso, Ampeknagari, Matur dan lainnya.

Lalu, 32 kepala keluarga telah membangun rumah di Kecamatan Tanjungraya, tetapi di luar empat jorong itu. "Mereka mendapatkan bantuan sebesar Rp56 juta per kepala keluarga," katanya.

Sedangkan 113 kepala keluarga yang bersedia direlokasi ke Dama Gadang. Selain itu, 602 kepala keluarga yang tidak mau pindah dari rumah mereka yang berada di empat jorong itu. Namun mereka mendapatkan bantuan langsung masyarakat (BLM) untuk rehabilitasi dan rekonstruksi rumah mereka sebesar Rp15 juta per kepala keluarga.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement