Jumat 21 Jul 2017 21:59 WIB

Arcandra: Indonesia Harus Berpikir Teknologi Masa Depan

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
Wakil Menteri ESDM Archandra Tahar
Foto: Republika/Maman Sudiaman
Wakil Menteri ESDM Archandra Tahar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri ESDM, Arcandra Tahar menilai saat ini Indonesia tidak bisa terus terusan dalam kondisi yang stagnan. Ia menilai, Indonesia harus mulai memasuki tahapan berfikir jangka panjang dan teknologi baru agar bisa bersaing dikancah Internasional.

Arcandra menilai, saat ini Indonesia terlalu disibukkan dengan hal hal yang berulang. Ia mencontohkan saat ini di Amerika sudah mengkaji terkait hyloop atau kereta dalam tabung dengan kecepatan tinggi atau mengkaji terkait aero plane yang bisa membawa masyarakatnya tamasya ke luar angkasa.

"Tapi kita masih berkutat saja dengan harga daging, harga bawang, terus menerus. Kita memang harus bebenah, dan kita harus berfikir tentang teknologi masa depan," ujar Arcandra saat berkunjung ke Kantor Republika, Jumat (21/7).

Ia juga mengatakan saat ini Indonesia harus mulai membahas terkait persoalan persoalan substansi untuk bisa memajukan teknologi. Jika tidak, ia menilai Indonesia akan ditinggal zaman dan tak akan mampu bersaing.

Ia mencontohkan, kenapa perusahaan multinasional Nokia saat ini pamornya menurun ditelan oleh kegagahan Apple dan Android. Sebab, kata Arcandra Nokia terlambat dalam beradaptasi. Nokia terlambat ikut dalam mengembangkan kemajuan teknologi.

"Kita ini hidup di abad milenial, kedepan kita musti bisa terapkan dan kembangkan kemajuan teknologi. Nggak bisa tidak," ujar Arcandra.

Kemajuan teknologi juga bukan sekedar mengikuti trend pasar dunia saja. Ia menjelaskan, salah satu kekuatan Indonesia agar bisa bersaing dengan pasar dunia adalah membuat teknologi yang mengedepankan lokal wisdom. Ia menilai, lokal wisdom menjadi salah satu syarat, sebab jika memang tidak dibutuhkan oleh pasar dunia, namun kita bisa memenuhi kebutuhan teknologi sendiri tanpa harus bergantung dari luar.

Arcandra menceritakan salah satu hal unik namun bisa menjadi ide pengembangan teknologi adalah kasus Transmisi di jalur Sumatera. Pada saat ia berkunjung ke Riau, ia sempat bertanya tanya, mengapa pengecekan jalur transmisi tak bisa menggunakan alat, hingga saat ini masih saja pihak PLN membutuhkan peran pegawai untuk melakukan pengecekan jalur transmisi di Riau.

Ternyata, usut punya usut, Arcandra mengatakan tantangan rusaknya transmisi di jalur elektrifikasi Riau bukan hanya dari faktor alam saja, seperti pohon tumbang. Ia menceritakan bahwa beberapa tower pada jalur transmisi tersebut rusak akibat ulah warga sekitar.

"Nah ini kita buat saja ekselormeter. Alat ini bisa mendeteksi getaran, kan tiap tiap kita manusia ini mempunyai gelombang elektromagnetik dalam tubuh, nah getaran pohon tumbang sama orang lagi gergaji besi kan tentu beda. Kita ciptakan yang begini begini," ujar Arcandra sembari tertawa ringan.

Ia mengatakan hal ini mejadi keunikan bangsa. Bermula dari hal hal kecil dan untuk kebutuhan bangsa sendiri bisa memicu daya kreatifitas masyarakat untuk bisa masuk dalam era pengembangan teknologi. Hal inilah yang nilai perlu dijadikan modal bagi bangsa untuk bisa bersaing di pasar internasional.

"Kalau kita masih berantem soal subsidi, soal harga harga daging, soal perdebatan yang gak substantif. Kapan kita akan bahas soal teknologi kedepan untuk negeri kita ini?," ujar Arcandra.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement