REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Emir Qatar Syekh Tamim bin Hamad bin Khlaifa Al Tsani untuk pertama kalinya memberi pernyataan terhadap publik dalam menanggapi konflik yang tengah dihadapi negaranya dengan sejumlah negara Teluk Arab. Ia mengatakan solusi atas masalah ini diperlukan segera untuk menjaga dan menghormati kedaulatan nasional mereka.
Konflik yang terjadi antara Qatar dan negara Teluk Arab pertama kali berlangsung pada 5 Juni lalu. Saat itu, Arab Saudi, Mesir, Bahrain, dan Uni Emirat Arab (UEA) memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar. Kemudian tiga negara lain, yaitu Yaman, Maladewa, Libya Timur, Mauritania, dan Senegal mengikuti langkah serupa.
Qatar dituding telah mendukung kelompok teroris, termasuk Ikhwanul Muslimin. Negara itu disebut juga mendanai, merangkul terorisme, ektremisme, serta organisasi sektarian yang dianggap berbahaya untuk keamanan nasional masing-masing tersebut, serta seluruh wilayah di Timur Tengah.
Dengan keputusan pemutusan hubungan diplomatik, Arab Saudi dan tiga negara Teluk lainnya menutup perbatasan dengan Qatar. Jalur transportasi melalui darat, laut dan udara juga seluruhnya diblokade.
Qatar telah berulang kali membantah tudingan yang ditujukan terhadap mereka. Dalam pidato pertama Sheikh Tamim atas konflik tersebut, ia mengatakan bahwa sudah terjadi sebuah 'kampanye kotor' yang berbahaya untuk menyudutkan negaranya, sekaligus menguji masyarakat.
"Seperti yang Anda tahu, Qatar tetap bertahan dan kehidupan di sini berjalan seperti hari-hari pada umumnya. Namun, kali ini tiba bagi negara ini untuk mengampuni semua yang memiliki perbedaan politik," ujar Sheikh Tamim, dilansir BBC, Sabtu (22/7).
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Qatar Syeikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani juga mengatakan bahwa negara itu tidak akan menyerah pada tekanan melalui blokade yang dilakukan. Ia pernah menekankan tak akan ada kebijakan luar negeri yang diubah untuk menyelesaikan konflik terbaru di Timur Tengah itu. Qatar juga tidak mau memulai terlebih dahulu upaya negosiasi, sebelum blokade atas mereka dicabut.
Namun, kali ini Emir Qatar memiliki pendapat bahwa negaranya dapat terlebih dahulu membuka dialog untuk menyelesaikan konflik dengan negara-negara Teluk Arab. Tetapi, ia menekankan bahwa upaya apapun dalam mengatasi persoalan ini tetap memegang prinsip dalam menghormati kedaulatan Qatar.
"Kami akan terbuka melakukan dialog untuk menyelesaikan masalah yang luar biasa ini, sepanjang kedaulatan Qatar akan tetap dihormati," jelas Sheikh Tamim.