REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA - Musim hujan diperkirakan akan memperburuk wabah penyakit kolera yang telah menewaskan lebih dari 1.800 orang di Yaman. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setiap hari ada 5.000 kasus kolera baru yang tercatat di Yaman.
"Musim hujan baru saja dimulai dan bisa meningkatkan jalur transmisi. Upaya berkelanjutan diperlukan untuk menghentikan penyebaran penyakit ini," ujar Juru bicara WHO, Fadela Chaib, dikutip Aljazirah, di Jenewa, Swiss, akhir pekan.
WHO melaporkan, saat ini tercatat ada 368.207 kasus kolera di Yaman. WHO juga mengatakan, ada 1.828 kematian terkait kolera di negara Peninsula itu sejak akhir April lalu.
"Data mengkonfirmasikan adanya sedikit penurunan dalam wabah ini selama dua minggu terakhir. Sementara wilayah yang paling terkena dampak adalah Amanat Al Asimah, Amran, dan Sana'a," ungkap Chaib.
Oxfam, badan amal internasional yang berbasis di Inggris, mengatakan ada kekhawatiran jumlah korban yang terinfeksi akan meningkat lebih dari 600 ribu orang. Dengan demikian, Yaman menderita salah satu wabah terbesar di dunia sejak pertama kali dimulai pada 1949.
Juru bicara hak asasi manusia PBB, Rupert Colville, mengatakan, pertempuran antara pasukan pemerintah, yang didukung oleh koalisi pimpinan Arab Saudi, dan pemberontak Houthi telah memperburuk wabah kolera ini.
"Disintegrasi sistem kesehatan di Yaman akibat konflik untuk menghentikan kolera adalah kombinasi yang benar-benar mematikan," kata Colville.
Pertempuran tersebut telah menewaskan sekitar 10 ribu orang sejak pecah pada 2014. Sedikitnya 15 juta orang tidak memiliki akses air minum yang aman atau sanitasi yang higienis. Tujuh juta warga Yaman juga menderita kekurangan gizi.