REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Aktivitas dakwah di kalangan komunitas punk dan underground Indonesia kini kian marak. Fenomena itu bisa dilihat dari sepak terjang beberapa seniman underground di Tanah Air.
Pengamat musik Djoko Moernantyo dalam artikelnya yang berjudul "Scene Indie, Pergerakan Melawan Arus" meng ungkapkan, istilah underground sendiri sebenarnya sudah digunakan majalah Aktuil sejak awal era 70- an. Kata tersebut digunakan oleh majalah musik asal Bandung itu untuk mengidentifikasi band yang memainkan musik keras dengan gaya yang terkesan "liar" dan terlalu "ekstrem" untuk ukuran zamannya.
Walaupun terdapat perbedaan sa ngat mencolok antara punk dan genregenre musik underground lainnya, me reka tetap saja memiliki kesamaan, yaitu sama-sama berada di luar arus utama alias non-mainstream. Ketika mendengar istilah "musik underground", yang terlintas di dalam be nak sebagian orang mungkin adalah kekacauan, kekerasan, pemujaan kepada setan, antiagama, dan lain sebagainya.
Namun, faktanya, ada juga komunitas punk dan underground yang memasukkan nilai-nilai agama dalam aktivitas bermusiknya. Tidak hanya itu, beberapa waktu belakangan, dakwah Islam bahkan juga semakin berkembang di kalangan punkers dan pencinta mu sikmusik cadas di Indonesia.