Ahad 23 Jul 2017 23:11 WIB

Jokowi Minta Bullying di Sekolah Hingga Medsos Dihentikan

Red: Nur Aini
Presiden Joko Widodo
Foto: AP/Bullit Marquez
Presiden Joko Widodo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo meminta masyarakat agar menghentikan perilaku perundungan atau bullying termasuk di media sosial (medsos).

"Akan saya sampaikan kepada Menteri Pendidikan (Muhadjir Effendy) agar yang namanya bullying itu tidak muncul. Sudah sering muncul dan menjadi viral di medsos. Kita harus stop itu," kata Presiden Joko Widodo di Pekanbaru, Ahad (23/7).

Beberapa pekan terakhir memang beredar video perundungan terhadap siswi SMP di Jakarta dalam media sosial. Video itu menunjukkan sejumlah siswa SMP bergantian menjambak seorang siswi yang menggunakan seragam putih dan pada akhir video, siswi tersebut disuruh mencium tangan siswa dan siswi yang melakukan bully.

Selain itu, masih ada video perundungan terhadap seorang mahasiswa berkebutuhan khusus yang merupakan mahasiswa salah satu universitas swasta di Depok, Bogor oleh teman-teman sekuliahnya.

"Budaya dan tradisi (bullying) seperti itu memang harus dihilangkan, mem-bully itu biasanya yang banyak, senior ke juniornya, junior ke senior tidak ada, yang banyak itu senior ke juniornya. Hal-hal seperti ini biasanya dimulai dari waktu penerimaan, pada MOS (Masa Orientasi Sekolah), ada ospek, yang begitu harus dihilangkan," kata Presiden.

Presiden menyarankan agar bullying diganti menjadi kegiatan yang dapat mendatangkan rasa hormat antara senior dan junior. "Seharusnya masa pengenalan itu dilarikan ke hal-hal yang memberikan respek ke senior, adiknya menghargai kakak kelasnya, kakak kelasnya mau menolong adiknya, membantu adiknya. Saya lihat di negara yang lain, ada kakak kelasnya menggendong adik kelasnya masuk sekolah, saya tanya apa artinya? Ya seniornya harus bantu adiknya, adiknya harus hormat ke seniornya," ungkap Presiden.

Joko Widodo juga ingin agar pendidikan di sekolah dapat lebih meningkatkan pendidikan karakter yang memperkuat hal-hal terkait kejujuran, integritas, etika, moralitas serta budi pekerti.

"Beberapa kali sudah kita diskusikan dengan Mendikbud mengenai ini, misalnya mengenai PR (pekerjaan rumah) itu tidak harus PR (pelajaran) matematika atau mata pelajaran yang lain, PR bisa saja anak diminta untuk kerja bakti, difoto lalu dilaporkan ke gurunya, atau menjenguk saudara atau temannya yang sakit, difoto lalu dilaporkan, pelajaran-pelajaran seperti itu yang kita kurang," kata Presiden.

Melalui pendidikan karakter maka etika, integritas, moralitas, kejujuran, akal budi dan budi pekerti dapat terus diangkat. "Karena kita kekurangan di situ, kekurangan jiwa-jiwa mulia di situ, itu yang akan kita angkat," kata Presiden

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement