REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama ini, komunitas punk kerap diasosiasikan dengan anak jalanan yang bergaya hidup urakan, dekat dengan narkoba, dan jauh dari nilainilai agama. Namun, anggapan semacam itu bakal termentahkan tatkala kita berkenalan dengan komunitas Punk Muslim.
Kelompok yang satu ini jauh dari kesan nyeleneh yang acap kali disematkan kepada anak-anak punk kebanyakan. Sesuai namanya, komunitas yang bermarkas di Jalan Swadaya, Pulogadung, Jakarta Timur, ini memang mempunyai tekad untuk menerapkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Pendiri Punk Muslim Ahmad Zaky menuturkan, komunitas yang ia kelola tersebut pertama kali dibentuk pada 2007. Kini, di usianya yang sudah menginjak satu dasawarsa, kelompok itu mulai memperluas kegiatan dakwahnya ke kota-kota besar lain di luar Jakarta.
"Sejak beberapa tahun lalu kami sudah punya basis gerakan di Surabaya. Kini, kami juga sedang membentuk wadah serupa di Bandung," ujar Zaky ke pada Republika.co.id, belum lama ini.
Menurut dia, gagasan yang dibangun Punk Muslim dalam mensyiarkan Islam di kalangan punkers (istilah untuk anak-anak punk--Red) memang menggunakan konsep gerakan. Dengan begitu, semua lapisan masyarakat diharapkan bisa menerima man faat dari keberadaan komunitas tersebut. Begitu pula halnya dengan para partisipan yang bergabung di dalam Punk Muslim. Mereka tidak perlu lagi merasa eksklusif dari masyarakat luar.
Zaky menjelaskan, gerakan Punk Mus lim sendiri dibentuk untuk mengedukasi anak-anak jalanan agar tidak meninggalkan sisi kehidupan agama saat menjalani aktivitas sehari-hari. Dengan adanya dak wah yang dilakukan komunitas tersebut, para punkers diharapkan tidak lagi merasa kosong ataupun hampa ketika berada di jalanan.
"Apalagi, dunia underground yang mereka selami itu cenderung identik dengan drugs (narkoba), alkohol, seks bebas, dan hal-hal negatif lainnya. Nah, kami ingin membendung semua pengaruh buruk itu di kalangan teman-teman punk, meski pun mereka masih aktif di jalanan," tutur Zaky.