REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada beberapa ke giatan yang secara rutin dilakukan Punk Muslim saat ini. Salah satunya adalah 'Pun kajian', yakni acara pengajian anakanak punk yang digelar setiap pekan. Di Jakarta, kegiatan tersebut biasanya diadakan setiap malam Jumat di markas Punk Muslim yang berada di dekat Terminal Pu logadung.
Sementara, Punkajian di Surabaya rutin digelar setiap Ahad oleh Punk Muslim setempat bersama beberapa komunitas underground lainnya, seperti Hijr Movement dan Muslim Hardcore Movement.
Di dalam acara itu, anak-anak punk ti dak sekadar mendengarkan ceramah aga ma dari para pentolan Punk Muslim. Mereka juga mendapat kesempatan untuk men diskusikan banyak hal. Dari musik hingga isu-isu yang berhubungan dengan subkultur dan budaya dominan serta bagaimana Islam menyikapinya.
Selain kegiatan pengajian, kata Pendiri Punk Muslim Ahmad Zaky, Punk Muslim juga mengadakan program penghapusan tato. "Lewat program ini, teman-teman punk Jakarta yang benar-benar ingin hijrah dan mau ngilangin tato dari badannya bisa kami bantu untuk memfasilitasinya. Karena kami sekarang sudah punya alatnya (alat penghapus tato—Red)," ucapnya.
Punk Muslim juga aktif memberikan bantuan advokasi untuk para punker yang sedang menghadapi masalah hukum. Di samping itu, komunitas tersebut juga menjadikan program pemberdayaan ekonomi sebagai salah satu agenda pentingnya. Untuk merangkul anak-anak jalanan, kata Zaky, Punk Muslim cenderung mengguna kan pendekatan kesetaraan (equality) yang sifatnya persuasif. Dengan cara itu, menurut dia, dakwah yang disampaikan kepada para punker bisa berjalan dengan efektif.
"Alhamdulillah, sampai hari ini gerakan yang kami bangun sudah menjangkau 30 ribu orang lebih," ungkapnya.