REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Israel menegaskan tidak akan menyingkirkan detektor logam di Masjid Al Aqsha meskipun memicu bentrokan berdarah dengan orang-orang Palestina selama bertahun-tahun. Israel hanya akan mengurangi penggunaannya.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengadakan rapat kabinet keamanannya pada hari Ahad malam untuk membahas hal tersebut.
Pemerintahan sayap kanan Netanyahu waspada karena Israel bisa terlihat menyerah pada tekanan Palestina atas masalah ini. Padahal orang Yahudi menilai situs kompleks Al-Aqsha sebagai bagian kuil suci mereka.
Israel berencana membuat Yerusalem Timur yang diinvasi dalam perang 1967 sebagai ibu kota. Namun langkah Israel ini tak akan diakui secara internasional karena merupakan bentuk penjajahan terhadap tanah Palestina.
"Detektor logam tak akan disingkirkan. Pembunuh tidak akan pernah memberitahu kita bagaimana caranya untuk mencari para pembunuh, " kata Tzachi Hanegbi, Menteri Pembangunan Daerah Israel, Senin, (24/7).
"Jika orang Palestina tidak mau masuk masjid, maka biarlah mereka tidak masuk masjid," kata Hanegbi.
Sementara Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan, ia akan menghentikan hubungan keamanan dengan Israel sampai otoritas Zionis itu menyingkirkan detektor logam yang dipasang di pintu masuk Masjid Al-Aqsha.