REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Israel memutuskan untuk menyingkirkan detektor logam yang ditempatkannya di pintu masuk Masjid Al-Aqsha di Yerusalem. Aparat Zionis memilih menggantinya dengan alat pengawasan cerdas dan tak menonjol.
Hal ini diungkapkan Kabinet Israel, Selasa, (25/7). Kabinet mengatakan, mereka telah mengalokasikan 100 juta shekel atau sekitar 28 juta dolar AS - dalam rupiah berkisar Rp 373 miliar- untuk peralatan pengecekan cerdas menggantikan detektor logam.
Selain itu dana tersebut juga digunakan untuk membiayai petugas polisi tambahan. Meski Israel menyingkirkan detektor logam di gerbang Masjid Al-Aqsha namun perangkat tersebut akan tetap tersimpan.
Pemasangan detektor logam di Al-Aqsha telah memicu kekerasan di wilayah Yerusalem. Presiden Mahmoud Abbas malah menangguhkan kontak resmi dengan Israel.
Kritik internasional yang kuat juga memberi tekanan pada Israel yang akhirnya memutuskan menyingkirkan detektor logam itu.
Pemasangan detektor logam di Al-Aqsha juga menimbulkan insiden penembakan fatal di kedutaan Israel di Yordania pada Ahad. Yordania adalah penjaga situs suci umat Islam di Yerusalem.
Namun orang Yahudi menyebut situs suci Islam itu sebagai sisa dua kuil kuno mereka. Israel ingin menjadikan Yerusalem Timur sebagai ibukotanya namun tidak diakui secara internasional.