REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Israel melepas pelacak logam di pintu masuk gugus Masjid al-Aqsha di Yerusalem timur dan menggantinya dengan kamera pengintai canggih, kata Al Jazeera, Selasa (25/7). Kabinet Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memilih menyingkirkan pelacak logam tersebut setelah dua kali menggelar pertemuan beberapa jam pada Senin (24/7).
Sebelumnya, Israel memasang pelacak logam dan kamera pengintai setelah sejumlah pria bersenjata menembak mati dua penjaga keamanan Israel di dekat gugus al-Aqsha pada 14 Juli. Sementara itu, bentrokan di Masjid al-Aqsha berlanjut di tengah upaya diplomatik untuk meredakan ketegangan.
Sheikh Raed Saleh, pengurus Masjid al-Aqsha mengatakan bahwa warga Palestina tidak akan puas dengan kebijakan terbaru Israel tersebut. Mereka tidak akan berhenti melakukan protes sampai Israel melepas semua peralatan keamanan yang dipasang di masjid pada 14 Juli.
"Kami belum mendapatkan keterangan yang jelas hingga kini karena mereka melakukannya di tengah malam, saat semuanya dalam keadaan gelap. Semuanya baru akan jelas esok hari," kata Saleh sebagaimana dikutip dari Al Jazeera.
Wartawan Al Jazeera, Imran Khan, yang melaporkan dari Yerusalem timur mengatakan bahwa ratusan warga Palestina masih berdemonstrasi karena beberapa kamera pengintai masih terpasang di sana, meski otoritas Israel sudah melepas detector logam.
Dia menambahkan, Israel saat ini tengah memasang kabel untuk kamera baru dengan perangkat lunak pengenalan wajah yang canggih. Pemerintah Israel dikabarkan telah mengalokasikan 100 juta shekel atau sekitar Rp 373 miliar untuk peralatan dan petugas polisi tambahan.
"Pasukan Israel menembakkan peluru karet dan melempar granat setrum pada para pemrotes. Mereka juga menambah pasukan keamanan di gerbang Lion masjid al-Aqsha," sebut koresponden Al Jazeera itu dalam laporannya.
"Rakyat Palestina marah besar karena mereka tidak akan pernah menerima tindakan pengamanan apapun di gugus Masjid al-Aqsha," katanya menutup.