REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Lurah Cikuwul, Bantar Gebang, Warsim Suryana menuturkan, Curug Parigi berpotensi menjadi tempat wisata. Namun, karena statu lahan yang bukan milik Pemerintah Kota Bekasi, membuat ia ragu mempublikasikan curug yang mirip dengan air terjun Niagara di Amerika Serikat tersebut.
Dia menjelaskan, sebelumnya Wali Kota Bekasi Rahmat Effendy dan beberapa anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Bekasi sempat meninjau lokasi dan merencanakan adanya penetapan Curug Parigi sebagai destinasi wisata. “Ini kan tanahnya punya swasta, jadi kita susah juga ngubahnya. Walkot sama dewan pernah ke sini, udah bikin rencana pembangunan tempat wisata juga tapi karena belum sempat ketemu pemilik tanah ya kita susah mau bertindak juga,” kata dia saat ditemui Republika.co.id, akhir pekan lalu.
Namun, Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi, kata dia, juga berencana menjadikan Kecamatan Bantargebang yang selama ini identik dengan sampah menjadi daerah tujuan wisata alam bagi warga Jabodetabek dengan titik sentral di Curug Parigi. “Pemkot sempet buat perencanaan soal tempat wisata Curug Parigi, tapi karena ini kan belum didiskusiin dengan dua pihak. Makanya sampe sekarang belum ada kejelasan juga,” kata dia.
Di kesempatan itu, Warsim merawikan awal mula terbentuknya Curug Parigi. Air terjun itu, kata dia, berawal dari aktivitas pertambangan pasir di bantaran Kali Bekasi. Menurut dia, pada 1980-an, Kali Bekasi sama halnya dengan sungai lainnya yang memiliki kontur yang rata, namun dikarenakan aktifnya aktifitas pertambangan di wilayah Cikiwul, Bantar Gebang membuat terjadinya perubahan kontur tanah Kali Bekasi.
“Jadi itu awalnya gara-gara banyak yang ngeruk buat nambang pasir, terus lama-lama jadi kebentuk kaya curug. Bisa dibilang ini gara-gara manusia, tapi karena pembentukkan oleh alam, seolah-olah ini alami,” jelas Warsim.
(Baca Juga: Melancong ke Curug Parigi, Niagaranya Bekasi yang Tersohor di Medsos)