REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat ini, kendaraan listrik atau eletric vehicles (EV) semakin banyak diminati banyak orang. Meski demikian, terdapat sejumlah hal yang menjadi kendala dari penggunaan jenis kendaraan ini, mulai dari watu pengisian daya yang lama, jangkauan terbatas, hingga ketersediaan stasiun pengisian yang tidak banyak ditemui.
Dilansir Digital Trends, Senin (4/11), ada beberapa cara yang sebenarnya dapat membuat EV semakin disukai. Dalam penelitian yang dilakukan oleh tim dari Penn State University, mereka berhasil melakukan terobosan terbaru, yaitu pengisian daya kendaraan listrik dapat dilakukan hanya dalam 10 menit.
Penulis utama studi, Xiao-Guang Yang dan rekan-rekannya menerbitkan hasil penelitian di Joule, sebuah jurnal yang berfokus pada ilmu energi berkelanjutan. Meski masih ada beberapa halangan yang harus diatasi, namun impian agar EV dapat semakin praktis dan nyaman digunakan banyak orang, sama halnya dengan kendaraan yang menggunakan bensin sebagai bahan bakar.
Terobosan yang ditemukan peneliti membuat orang-orang dapat mengisi daya kendaraan dengan kisaran dua hingga lima mil per jam di lokasi yang memiliki outlet listrik 120 Volt. Sementara, pengisian di lokasi yang memilki outlet 240 Volt, mampu menghasilkan 20 mil per jam.
Saat ini, stasiun pengisian daya paling cepat tetap mengharuskan kendaraan berada di sana selama 20 menit untuk mampu menyediakan jangkauan tambahan sebesar 60 hingga 80 mil. Pengisian yang lebih cepat belum dapat berkembang karena efek merusak pelepasan lithium atau litium logam yang terbentuk di sekitar anoda baterai, di mana terbentuk ketika banyak listrik yang dikirim dengan sangat cepat.
Studi mengatakan untuk memecahkan masalah ini adalah dengan cepat memanaskan baterai hingga 140 derajat Fahrenheit (60 derajat Celcius) dalam 30 detik dan mempertahankan suhu itu selama siklus pengisian. Solusinya datang dalam bentuk foil nikel yang dipasang pada baterai, beroperasi pada suhu yang lebih tinggi hanya untuk waktu yang singkat, yaitu 10 menit.
Dengan sistem tersebut, tim peneliti menemukan bahwa setelah 2.500 siklus pengisian yang mengejutkan, baterai masih memiliki kapasitas 91,7 persen. Ini sama dengan setengah juta mil dalam jarak mengemudi, dengan hampir tidak ada lagi waktu yang diperlukan dalam pengisian daripada yang dibutuhkan untuk mengisi bahan bakar kendaraan bertenaga bensin.
Namun, kendala menggunakan EV tetap ada, hingga terobosan tersebut bisa sepenuhnya digunakan masyrakat umum. Sebagai permulaan, menaikkan suhu baterai dan menstabilkannya menimbulkan masalah lingkungan. Jika baterai menjadi terlalu panas, terjadi kerusakan, atau dalam kasus yang jarang terjadi, timbulnya ledakan. Namun, jika suhu terlalu dingin, pelapisan lithium akan terjadi.
Masalah lainnya dari terobosan ini adalah jenis stasiun pengisian cepat yang baru akan dibutuhkan atau yang sudah ada saat ini perlu ditingkatkan. Pada akhirnya, seluruh produsen baterai harus membakukan pelapisan nikel ke dalam desain mereka.