REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--PT Astra Daihatsu Motor menyatakan saat ini memilih untuk mengembangkan mobil konvensional dengan pengembangan teknologi guna mencapai efisiensi bahan bakar.
"Daihatsu memilih mobil konvensional tapi dengan pengembangan teknologi yang tinggi (high tech) karena infrastruktur yang belum mendukung," kata Kepala Divisi Pemasaran Domestik Rio Sanggau di Jakarta, Sabtu.
Rio menjelaskan teknologi mobil hibrida (hybrid) atau mobil listrik masih banyak terkendala infrastruktur, misalnya untuk pengisian ulang sehingga masih sulit dikembangkan di Indonesia.
"Infrastruktur yang ada belum mendukung, seperti tempat untuk pengisian bahan bakar untuk mobil hibrida dan listrik," katanya.
Meski lebih murah dan hemat bahan bakar, Rio menuturkan hibrida bukanlah satu-satunya solusi untuk mendapatkan mobil yang hemat bahan bakar.
Dia mengatakan ada tiga teknologi yang sesuai dengan harapan pemerintah akan kendaraan roda empat yang murah dan hemat bahan bakar, yaitu hibrida, listrik atau elektrik dan konvensional.
Hibrida menggabungkan dua sistem pemasok tenaga, yaitu bahan bakar fosil dan listrik, untuk mendapatkan penghematan bahan bakar berlipat ganda dan emisi gas buang yang sangat bersih. Teknologi itu, dengan kata lain, merupakan gabungan mobil konvensional dan mobil listrik.
Menurut Rio, Mira e:S adalah salah satu contoh mobil yang diciptakan dengan teknologi transportasi konvensional yang murah dan hemat energi. "Harganya hanya sekitar Rp80 jutaan (setelah dikonversi) dan bisa mencapai 30 kilometer per liter bahan bakar fosil," katanya.
Kemampuan mobil yang diluncurkan di Jepang pada 2011 itu, kata Rio, hampir setara dengan kualitas mobil hibrida. Karena itu dia berpendapat perusahaan agen tunggal pemegang merk (ATPM) Daihatsu itu memilih untuk mengembangkan mobil konvensional.
Namun, dia mengatakan kolaborasi dengan PT Toyota Astra Motor untuk memproduksi mobil murah atau Low Cost and Green Car (LCGC) masih dalam perundingan kedua belah pihak.