Kamis 04 Jul 2013 09:29 WIB

Penambah Oktan Bisa Rusak Mesin dan Lingkungan

Red: Mansyur Faqih
bensin (ilustrasi)
Foto: greencar
bensin (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menolak penggunaan penambah oktan bahan bakar (octane booster). Khususnya yang berjenis octane enhancer non-oxygenate yang memang banyak digunakan saat ini. Alasannya, produk ini disinyalir berpotensi membahayakan lingkungan. Bahkan, mengancam kesehatan manusia yang menghirup sisa pembakarannya.      

Gaikindo mendefinisikan octane enhancer non-oxygenate sebagai campuran beberapa unsur logam (organometallic) yang bisa meningkatkan nilai oktan. Antara lain, besi (Fe), timbal (Pb), dan mangan (Mg). Unsur-unsur ini dikenal berbahaya bagi lingkungan. Gaikindo pun dengan tegas menolak penggunaan suplemen ash-forming aditif atau non-oxygenate ini pada mesin.

Indra Chandra Setiawan, Anggota Tim Transportasi, Lingkungan, dan Infrastrukstur Gaikindo, mengatakan kendaraan roda empat dewasa ini telah dilengkapi peralatan pengontrol emisi yang sangat rumit. Salah satunya yaitu 3-way catalyst dan oksigen sensor untuk gas buang yang mampu melakukan control closed loop yang sangat teliti. Sehingga, pencampuran octane enchancer non-oxygenated akan merusak sensor kendaraan sehingga tidak optimal. "Sistem kendaraan ini harus bisa dijaga dalam keadaan optimal agar dapat mempertahankan emisi gas buang yang rendah sepanjang usia kendaraan," katanya dalam siaran pers, Kamis (4/7).

Menurutnya, penggunaan ash-forming aditif dapat memengaruhi secara signifikan kondisi operasi katalis dan komponen lainnya, termasuk sensor oksigen. "Akhirnya, penggunaan octane booster non-oxygenated bisa meningkatkan emisi kendaraan," ungkapnya.