REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Indonesia akan mengembangkan mobil listrik, namun pengembangannya dilakukan secara bertahap karena banyak kendala yang masih harus diatasi.
Hal itu diungkapkan Menteri Perindustrian MS Hidayat di sela Forum Bisnis RI-Korsel di Seoul, Kamis (26/9). "Kita lakukan secara 'step by step saja'. Ini bukan program mendesak," kata MS Hidayat kepada wartawan.
Hidayat menjelaskan Indonesia masih menghadapi kendala dalam mengembangkan mobil ramah lingkungan itu seperti penyediaan teknologi baterai yang ringan dan mampu bertahan dalam waktu yang lama, serta alat untuk men-"charge" baterai dalam waktu singkat.
Selain itu, juga ada masalah dalam penyediaan listrik. Jika program itu jalan maka kebutuhan daya listrik makin besar, sementara listrik masih disubsidi negara.
Karena itu, katanya, kemungkinan pengembangan mobil listrik dilakukan secara bertahap dan dilaksanakan pada kawasan tertentu seperti cluster-cluster perumahan.
Sementara itu Menko Perekonomian Hatta Rajasa menjelaskan bahwa Indonesia dan Korsel sepakat mengembangkan mobil listrik dan siap mendukung pendanaan untuk riset.
Dikatakannya, Indonesia menyiapkan tim lintas intansi untuk pengembangan mobil listrik tersebut, antara lain dari BPPT, ITB, ITS, dan UGM.
Hatta yakin mobil listrik ini bisa diproduksi massal dengan harga terjangkau. Mobil listrik dipilih karena sumber energi listrik disediakan oleh PLN, sehingga tidak mendorong impor seperti yang terjadi pada BBM.
Selain mobil listrik, lanjutnya, Indonesia dan Korsel juga sepakat mengembangkan mobil berbahan bakar gas (BBG).
Untuk itu, pemerintah akan mendorong percepatan pembangunan infrastruktur BBG di dalam negeri, terutama stasiun pengisian bahan bakar gas SPBG (SPBG).