REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri otomotif Indonesia kekurangan tenaga terampil di bidang engineering. Kebutuhan tenaga terampil yang berkualitas tidak diimbangi dengan jumlah tenaga yang ada.
Kondisi ini menurut Direktur Korporat dan Hubungan Eksternal PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Ir. I Made Dana Tangkas sangat tidak menguntungkan Indonesia. Apalagi dengan diberlakukannya era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015.
"Potensi masuknya SDM dari negara lain akan membesar. Jadi kita benar-benar harus total untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas para insinyur lokal," kata Made dalam kuliah umum yang digelar Yayasan Toyota & Astra (YTA) dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Persatuan Insinyur Indonesia (PII).
Lanjut Made, perkembangan integrasi ekonomi global dan regional membuat Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia kini dituntut untuk memiliki kemampuan yang tinggi sehingga bisa bersaing dengan SDM di luar Indonesia. SDM yang handal kemudian akan mendukung Indonesia untuk tampil sebagai negara produsen yang diperhitungkan di dunia, dan tidak lagi hanya dikenal sebagai pasar terbesar.
Sebagai pelaku industri, Toyota juga ikut berkontribusi dalam mengembangkan bakat anak bangsa. Perusahaan mendorong perkembangan tenaga muda dengan bantuan beasiswa, peningkatan peralatan praktik sekolah dan universitas yang disalurkan melalui YTA.
Hingga akhir 2013 lalu, terdapat lebih dari 70.000 siswa SD,SMP, dan SMA serta lebih dari 17.000 mahasiswa menerima beasiswa YTA. Para penerima beasiswa tersebar di 98 universitas dan lebih dari 500 SD, SMP, SMA, dan SMK di seluruh Indonesia. YTA juga telah menyumbangkan lebih dari 60.000 buku otomotif, lebih dari 2.000 wallcharts, serta lebih dari 300 engine assy sebagai alat peraga di SMK rumpun otomotif.