REPUBLIKA.CO.ID, BALI -- PT Auto Trisula Indonesia selaku agen pemegang merek Maserati di Indonesia tetap optimistis mampu mengaet calon pembeli kendati perekonomian Indonesia tengah lesu seiring tingginya nilai tukar dolar AS terhadap rupiah yang menurunkan daya beli.
"Kami masih memiliki para pembeli potensial yang sudah menyiapkan dana untuk membeli mobil namun mereka masih melihat-lihat situasi, istilahnya wait and see," kata Fransiska Renata selaku Pucuk Pimpinan Tertinggi (CEO) Maserati Indonesia di Bali, Rabu (8/10).
"Tetap ada yang melakukan pemesanan mobil. Dia (calon konsumen) suka mobilnya, suka harganya, kemudian sudah menyetorkan deposit, namun belum melanjutkannya karena masih menunggu situasi ekonomi," kata Fransiska.
Pihak Maserati Indonesia pun memahami bahwa perilaku konsumen tersebut berkaitan dengan keputusan untuk membeli barang mewah yang kaitannya bukan untuk investasi melainkan gaya hidup.
"Kami paham membeli mobil mewah di saat ini membuat orang berpikir karena bersifat konsumtif, apalagi karakter mobilnya lifestyle," kata Fransiska.
Di sisi lain, Maserati Indonesia mengakui penjualan tahun ini sedang lesu dan mengalami penurunan hampir 50 persen.
"Lesu ya, bisa dikatakan hampir turun 50 persen. Namun semua industri otomotif juga mengalami hal ini," katanya.
Fransiska berharap daya beli masyarakat Indonesia akan kembali pulih pada akhir 2016 dan pada saat itu Maserati berencana akan membuka cabang baru di Surabaya sebagai kota besar kedua di Indonesia.
Secara global Maserati mencatat kenaikan pengiriman mobil hingga 136 persen sebanyak 36.500 unit yang dimotori New Quattroporte dan Ghibli.
Pada 2014, pasar utama Maserati adalah Amerika Serikat dengan penjualan 14.690 unit, naik 110 persen dibandingkan tahun sebelumnya disusul Tiongkok dengan 9.400 unit atau naik 148 persen.
Adapun di Benua Eropa naik naik 153 persen atau sebanyak 6.360 unit, Asia Pasifik sebanyak 4.000 unit atau naik 206 persen, sementara Timur Tengah sebanyak 2.050 unit atau naik 144 persen.