REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tesla selalu mengklaim, fitur tambahan berupa autopilot di produk mobil listrik miliknya tersebut dapat meningkatka tingkat keamanan ketika berkendara.
Namun, nyatanya sudah banyak kecelakaan disebabkan oleh pengaktifan fitur autopilot yang tersemat dalam kendaraan produksi Tesla Motors.
Sebelumnya, seorang pengendara bernama Joshua Brown meninggal dunia saat mengaktifkan fitur autopilot pada mobil Tesla miliknya dua bulan lalu.
Sebulan kemudian, di Pennsylvania kecelakaan fatal lainnya dialami pengendara Tesla setelah menabrak gelondongan kayu di pinggir jalan akibat kegagalan autopilot berfungsi dengan baik.
Kali ini, di Cina, seorang programmer berusia 33 tahun, Luo Zhen, mengalai kecelakaan yang diklaim terjadi setelah mengaktifkan fitur autopilot pada mobil Tesla miliknya. Beruntung, tidak ada cedera yang dikhawatirkan baik Zhen maupun pengendara lain yang terlibat.
Pihak Tesla telah mengonfirmasi, fitur yang tersemat pada mobilnya bukan berarti aman dalam keadaan yang seharusnya dapat dikontrol manual oleh pengemudi.
"Ketika dalam keadaan yang berbahaya, pengemudi harus tetap mengontrol mobilnya secara manual," ujar juru bicara Tesla Motors.
Tesla telah memberikan pernyataan, autopilot pada Tesla bukan fitur self-driving namun hanya membantu pengemudi saat situasi tertentu.
Namun, Luo Zhen mengklaim, perusahaan tersebut berkata kepadanya, mobil produksi Tesla itu merupakan model self-driving.
Perusahaan itu memberitahuku bahwa mobilnya adalah tipe self-driving, bukan untuk mengasistensi pengemudi,” klaimnya, dikutip Ubergizmo Rabu (17/8).