REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Toyota bakal makin ekspansif mengembangkan kendaraan berbasis bahan bakar hidrogen dan listrik. Hal iti dilakukan guna mencapai target bebas emisi gas buang (zero emission) dalam upaya menekan laju pemanasan global dan menciptakan lingkungan yang lebih baik.
"Kendaraan listrik (EV) dan hidrogen (FCV) tidak menghasilkan gas buang, sehingga lebih ramah lingkungan," kata Grand Master Toyota Motor Corp (TMC) Public Affair Division, Hisashi Nakai, di Fuji Speedway, Shizouka, Jepang, Selasa (30/8).
Ia mengakui kedua tipe kendaraan itu akan menjadi andalan Toyota untuk mencapai target bebas emisi gas buang (zero emission) pada kendaraan yang mereka produksi, meskipun saat ini TMC masih mengandalkan kendaraan berbasis teknologi hibrid (bensin dipadu motor listrik) untuk ekspansi pasar mobil ramah lingkungannya.
"Sampai May 2016 penjualan mobil hibrid Toyota di seluruh dunia telah mencapai sekitar sembilan juta unit," ujarnya pada lokakarya terkait inisiatif Toyota terhadap perbaikan iklim dan lingkungan yang dihadiri sekitar 100 media dari mancanegara, termasuk Indonesia.
Sudah banyak model mobil Toyota, kata dia, yang menggunakan teknologi hibrid mulai dari kelas menengah bawah seperti Toyota Aqua, Sienta, dan Yaris, sampai untuk menengah atas seperti Crown (Majesta), Alphard, bahkan Lexus.
"Toyota sedang mengembangkan beberapa model kendaraan ramah lingkungan. Mobil listrik untuk jarak pendek, mobil hibrid dan plug in hibrid (PHVs) untuk segala kebutuhan, dan kendaraan hidrogen (FCVs) untuk penggunaan jarak menengah dan jauh," kata Nakai.
Namun, ke depan untuk mengurangi emisi gas buang dari transportasi, TMC akan terus mengembangkan kendaraan yang bebas emisi karbon seperti Mirai yang berbasis bahan bakar hidrogen (FHV) dan I Road yang berbasis mobil listrik. Sejak tahun lalu Toyota telah memasarkan Mirai di Jepang (700 unit), Amerika Serikat (300 unit), dan Eropa (50 unit).
Project Manager MS Product Planning TMC, Hitoshi Nomasa, infrastruktur terkait stasiun pengisian bahan bakar hidrogen menjadi salah satu perhatian Jepang dan Amerika Serikat untuk mengembangkan pasar kendaraan berbasis hidrogen yang sangat ramah lingkungan itu.
"Saat ini Jepang dan Amerika Serikat sedang membahas dan kerja sama untuk pengembangan (pasar) mobil hidrogen lebih luas," katanya.
Di Jepang sendiri, lanjut Nomasa, Mirai masih dipasarkan secara terbatas, karena stasiun pengisi bahan bakar hidrogen hanya ada di kota-kota besar, seperti Tokyo, Nagoya, dan Hokaido.
"Saat ini di Jepang baru ada 80 stasiun pengisi bahan bakar hidrogen, itu pun hanya di kota-kota besar," ujarnya.
Ia mengaku harga Mirai tersebut tidak murah. Setelah disubsidi Pemerintah Jepang, harga mobil hidrogen itu sekitar 7,23 juta yen atau sekitar Rp 800 juta. "Bisa dikatakan begitu (Mirai merupakan mobil mewah)," katanya.
Nomasa mengatakan Pemerintah Jepang mensubsidi kendaraan yang emisi gas buangnya hanya berupa air (H20) sekitar 2 juta yen. Sedangkan kendaraan listrik (Toyota I Road) saat ini masih dikembangkan dan dipasarkan secara terbatas.
Grand Master Public Affair TMC Hisashi Nakai mengatakan kendaraan listrik (EV) akan dikembangkan untuk alat angkut jangka pendek dan tidak memuat penumpang yang banyak, seperti I Road yang hanya satu orang. Selain, kendaraan penumpang, TMC, kata dia, juga mengembangkan kendaraan ramah lingkungan untuk kendaraan komersial seperti bus dan truk, baik berbasis teknologi hibrid maupun hidrogen.