REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Produksi mobil di Inggris menurun untuk pertama kalinya dalam waktu lebih dari satu tahun terakhir setelah Inggris keluar dari Uni Eropa. Melambatnya permintaan domestik mendorong kelompok industri meminta pemerintah agar kembali membuka perdagangan bebas setelah Brexit.
Secara keseluruhan, produksi tahunan turun 1 persen menjadi 151.795 unit pada bulan Oktober 2016. Kendati demikian, Society of Motor Manufacturers and Traders (SMMT) mengatakan perbandingan volume dari tahun ke tahun itu tetap di jalur untuk melewati catatan tertinggi dalam 10 tahun terakhir yang terjadi pada 2015.
Di sisi lain, permintaan ekspor mobil buatan Inggris naik sedikit pada bulan Oktober, namun jumlah pembelian domestik Inggris menurun 10,9 persen. SMMT mengatakan perubahan model juga membuat produksi menurun karena produsen menahan kendaraan model lama demi mengeluarkan model baru sehingga berdampak pada angka penjualan bulanan.
Namun, dalam data terpisah menunjukkan penjualan sudah melambat sejak referendum pada 23 Juni. Bahkan penurunan penjualan sudah terjadi sejak April. Industri mobil asing di Inggris pun mendukung Inggris bergabung dengan Uni Eropa. Nissan yang mengoperasikan pabrik terbesar di negara itu mencari jaminan bahwa mereka tidak akan menghadapi tarif sebelum berinvestasi besar-besaran.
SMMT Chief Executive Mike Hawes mengatakan data tersebut menunjukkan perlunya jaminan dari pemerintah untuk memastikan mobil asing tidak akan lebih mahal daripada mobil asli Inggris. "Sangat penting agar mobil buatan Inggris tetap menarik untuk pembeli internasional dan ekspor tidak dikenakan biaya tambahan dan hambatan lain untuk menyukseskan perdagangan," kata Mike Hawes dilansir dari Reuters, yang dikutip laman Antaranews.