REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Toyota Motor Corp (TMC) memperkirakan, kendaraan Prius hybrid plug-in terbarunya akan diterima pasar lebih pesat dari pada generasi sebelumnya.
Pemimpin TMC yang dikenal sebagai 'Bapak Prius', Takeshi Uchiyamada, berharap dapat menjual satu juta mobil hybrid plug in dalam kurun waktu kurang dari 10 tahun ke depan. Ini merupakan waktu yang dibutuhkan untuk penjualan hibrida konvensional untuk menyentuh angka yang sama.
"Kesadaran lingkungan telah menjadi isu penting saat ini ketimbang 20 tahun lalu, sehingga permintaan produk yang ramah lingkungan telah meningkat," kata Uchiyamada pada saat peluncuran versi terbaru dari Prius di Jepang, Rabu (15/2).
Sebelumnya, Uchiyamada menambahkan, tidak memiliki gambaran kapan penjualan mobil plug in bakal menyentuh angka satu juta unit. Meskipun teknologi plug-in telah berkembang pesat dan harganya semakin murah.
Sejak meluncurkan Prius pertama kali pada 1997, Toyota telah mengembangkan versi hibrida untuk 40 model dengan total penjualannya mencapai 10 juta unit di seluruh dunia.
Toyota mengatakan, produk Prius terbaru yang merupakan generasi kedua diharapkan bakal laku terjual sebanyak 60 ribu unit per tahun di seluruh negara. Sekitar lebih dari setengahnya ditargetkan berasal dari pasar Jepang.
Perusahaan memasang target serupa untuk generasi pertama Prius plug-in. Realisasinya, produk itu hanya terjual sebanyak 75 ribu unit sejak peluncuran perdananya pada 2012. Diduga, ini lantaran daya jangkaunya yang bisa berjalan sejauh 26,4 km.
Sementara itu, versi terbaru Prius plug-in mampu berjalan sejauh 68,2 km, berdasarkan standar Jepang. Uchiyamada juga masih enggan berkomentar mengenai rencana pengembangan teknologi plug-in pada model Toyota lainnya.
Diluncurkan dengan nama Prius Prime di Amerika Utara pada akhir tahun lalu, Prius plug-in akan dikenalkan di Eropa pada Maret.
Yang menarik, Prius versi terbaru mengusung teknologi baterai litium-ion. Ini menjadi titik balik untuk perusahaan yang sebelumnya menolak teknologi yang umum digunakan pada kendaraan listrik lainnya. Ini terkait biaya, ukuran, dan faktor keselamatan.
Kompetitor Toyota, Nissan Motor Co dan Tesla telah menjual mobil listrik hampir satu dekade. Sementara Toyota lebih mengedepankan kendaraan berteknologi fuell cell sebagai opsi paling masuk akal untuk generasi hibrida selanjutnya. Meskipun, kurangnya stasiun pengisian hidrogen masih menjadi isu utama untuk produksi massal.
Toyota juga telah menyiapkan divisi baru untuk mempercepat pengembangan mobil listrik secara jangka panjang. Ini merespons semakin banyaknya pabrikan yang menyiapkan lini mobil listrik terkait dengan ketatnya regulasi emisi global.