Selasa 15 Aug 2017 22:45 WIB

Fin Komodo Inovasi Berbasis Budaya Indonesia

Rep: Umi Nur Fadilah/ Red: Yudha Manggala P Putra
Fin Komodo
Fin Komodo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menganugerahi Bacharudding Jusuf Habibie Technology Award (BJHTA) 2017 kepada inovator Ibnu Susilo. Ia melakukan riset dan inovasi di bidang otomotif dengan menghasilan kendaraan Fin Komodo.

"Penghargaan ini pemberian penghargaan tertinggi pada insan pelaku teknologi menghasilkan karya nyata di bidang teknologi," kata Kepala BPPT Unggul Priyanto dalam Penganugerahan Bacharuddin Jusuf Habibie Technology Award 2017 di Jakarta, Selasa (15/8).

Ia mengatakan pemberian penghargaan dilakukan melalui sejumlah penilaian, yakni azas penemuan (invention), kreatif, efisien dan efektif, nilai tarnbah dan azas manfaat serta 10 poin kriteria penilaian. Unggul menyebut penghargaan ini diberikan pada inovator, bukan inventor. Hasil inovasi itu bisa langsung digunakan dan dimanfaatkan oleh masyarakat setelah masuk industri.

Sementara itu, CEO Fin Komodo, Ibnu Susilo menjelaskan Fin Komodo merupakan kendaraan offroad utility vehice. Kendaraan itu digunakan sebagai alat transportasi pada daerah yang belum memiliki infrastruktur. Ia mengatakan risetnya bermula dari pemahamannya, Indonesia adalah negara kepulauan. Bahkan, tidak lebih dari lima persen daratannya. Pun juga belum banyak daratannya yang memiliki infrastruktur memadahi.

"Kendaraan ini sangat lincah, nyaman, aman, ekonomis, efisien dan mudah perawatannya," ujar alumni teknik mesin Institut Teknologi Sepuluh November (ITS).

Ibnu memulai riset, prototip, pasar, desain, analisis kendaraan Fin Komodo pada 2005 hingga 2011. Selama itu pula, ia melahirkan Fin Komodo generasi I hingga IV. Kendaraan ini mulai masuk pasaean pada 2008 hingga sekarang. "Yang kami buat, industri otomotif Indonesia dengan budaya Indonesia," kata pria yang menjadi tim perancang pesawat terbang N250 itu.

Fin Komodo menyasar medan-medan yang tidak memiliki infrastruktur, seperti perhutanan, pertambangan, perkebunan dan daerah sulit lainnya. Kendaraan ini mampu menempuh jarak sepanjang 100 km dalam waktu enam hingga tujuh jam. Dalam waktu itu, kendaraan ini hanya mengkonsumsi bahan bakar kurang lebih hanya lima liter. Sementara, kapasitas tangki Fin Komodo sebanyak 20 liter. Sehingga, kendaraan ini dapat berada di hutan selama 7x4 jam atau empat hari untuk operasi perjalanan siang hari.

Ibnu mengatakan Fin Komodo mampu melalui medan dengan kemiringan 45 derajad dan berlumpur dengan mudah dan aman. Pun juga untuk tanjakan dan turunan yang ekstrem tidak ada masalah. Ibnu berujar, Fin Komodo juga dapat menjadi pembuka jalan sebagai kendaraan perintis.

Ia mengatakan, awalnya Fin Komodo diproduksi setahun sekali. Sebab, saat itu kendaraan ini hanya didukung satu UKM. Namun, saat ini PT Fin Komodo Teknologi yang menaungi Fin Komodo mempu memproduksi satu kendaraan dalam waktu tiga hari. Sebab, sejak 2016 Fin Komodo telah didukung 42 UKM.

Ibnu mengatakan, FIN Komodo memiliki desain single platform serta dapat dimodifikasi untuk berbagai misi operasi, khususnya pada daerah tertinggal, pedesaan, perkebunan, kehutanan, pertambangan, TNI/Polri, misi kesehatan, tujuan rekreasi, dan fungsi lainnya yang dapat disesuaikan dengan kondisi alam Indonesia.

Ibnu menyebut Fin Komodo 100 persen dibuat dan dirancang di Indonesia. Kendarqan ini dibandrol dengan harga Rp 88 juta. Harga itu ditentukan dengan kemampuan pasar Cimahi, Jawa Barat yang menjadi basis dari PT Fin Komodo Teknologi.

Selama ini, Ibnu bersama tim memasarkan Fin Komodo melalui media sosial. Kendaraan ini telah diekspor hingga ke Afrika untuk melakukan survei geologi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement