REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Pusat untuk Penelitian Otomotif (Center for Automotive Research/CAR) di universitas Duisburg Essen pada Rabu (2/10) menyebutkan, industri otomotif global diprediksi bisa kehilangan 700 miliar euro (765 miliar dolar AS) dalam penjualan selama tujuh tahun ke depan. Hal ini bisa terjadi karena perang dagang yang dimulai oleh pemerintah Amerika Serikat (AS).
Menurut direktur CAR Ferdinand Dudenhoeffer, perang dagang yang dimulai oleh Amerika Serikat adalah salah satu "alasan utama penurunan penjualan industri otomotif dunia". Lembaga riset otomotif tersebut memperkirakan bahwa antara 2018 hingga 2024, kebijakan perdagangan Amerika Serikat dapat menyebabkan hilangnya penjualan lebih dari 35 juta unit mobil, yang mengakibatkan hilangnya penjualan sekitar 700 miliar euro.
"Karena pasar China adalah pasar utama untuk industri otomotif Jerman, industri otomotif Jerman telah sangat dirusak oleh kebijakan bea masuk Amerika Serikat. Karena itu, perilaku Amerika Serikat adalah kebalikan dari kebijakan aliansi," Dudenhoeffer menekankan.
Sebelumnya, Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan kinerja sektor otomotif berbanding lurus dengan kondisi harga komoditas. Lesunya penjualan kendaraan bermotor disebabkan menurunnya harga komoditas pada tahun ini.
Sepanjang tahun ini, rata-rata harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) FOB Malaysia berada pada kisaran 494,8 dolar AS per ton atau turun dibanding rata-rata sepanjang tahun lalu 559,5 dolar AS per ton. Sedangkan harga rata-rata batu bara turun dari 107,2 dolar AS per ton pada tahun lalu menjadi 83,3 dolar AS per ton.
Pertumbuhan sektor otomotif hingga pertengahan tahun ini mengalami sudah kontraksi hingga minus 11 persen. Kinerja pertumbuhan yang landai juga terjadi pada kendaraan roda dua yaitu sekitar 4,4 persen. Hal itu bisa disebabkan karena rumah tangga sudah banyak yang memiliki kendaraan roda dua, sehingga ruang gerak pertumbuhannya semakin sempit.