REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah Kota Beijing berencana mengganti 20.000 unit taksi lama berbahan bakar minyak dengan mobil listrik hingga akhir 2020. Penggantian 20.000 unit, yang setara dengan 20 persen dari seluruh taksi yang beroperasi di Ibu Kota China, itu merupakan bagian dari upaya pemerintah kota setempat dalam mengurangi polusi udara.
Menurut laporan media setempat, Kamis (31/10), semua taksi baru yang telah terdaftar harus menggunakan tenaga listrik sesuai dengan kebijakan nasional. Hal ini dilakukan setelah Beijing secara periodik telah menghentikan operasi angkutan umum berbahan bakar minyak dalam tiga tahun terakhir.
Pemkot Beijing akan memasang stasiun pengisian daya di setiap 5 kilometer hingga 10 kilometer di dalam area jalan lingkar nomor 5. Dengan demikian para sopir taksi bisa mengisi baterai dalam waktu tiga menit setelah melakukan pembayaran melalui aplikasi khusus.
Jumlah stasiun pengisian daya akan meningkat dari 47 unit menjadi 194 unit hingga 2020. Peningkatan jumlah dibangun terutama di kawasan permukiman besar dan bandar udara.
Para penumpang juga tidak perlu membayar ongkos tambahan sebesar 1 yuan (Rp2.000) yang dibebankan oleh sopir taksi saat harga bahan bakar minyak naik. Dalam lima tahun terakhir pula, Pemkot Beijing telah membatasi jumlah kendaraan bermotor dengan menerapkan sistem undian bagi calon pembeli mobil berbahan bakar minyak, serta sistem antrean bagi calon pembeli mobil bertenaga listrik untuk mendapatkan pelat nomor.