REPUBLIKA.CO.ID, MARANELLO--Saat ini, sejumlah pabrikan terus berlomba untuk mengembangkan tekonologi mobil listrik berbasis baterai. Tapi, Ferrari nampaknya masih ingin fokus pada mesin bensin konvensional. Pabrikan mobil dari Itali itu menilai, saat ini teknologi baterai masih belum dapat berjalan maksimal sehinggai Ferrari masih menunda pengembangan electric vehicle (EV).
Dilansir dari Car Advice pada Ahad (15/12), Ferrari menyatakan bahwa mobil listrik pertama dari Ferrari baru akan mulai diluncurkan pada 2025. Hal utama yang mendasari keputusan itu adalah terkait tekonolgo baterai yang ada saat ini. Pernyataan itu sendiri ditegaskan oleh CEO Ferrari, Louis Camilleri.
"Diperkirakan EV baru kita luncurkan setelah 2025. Saat ini teknologi baterai masih sangat terbatas seperti pada persoalan kecepatan dalam pengisian ulang," kata Louis.
Tapi, ia memastikan bahwa pabrikan yang bermarkas di Maranello itu pasti terus melakukan kajian atas mobil listrik. Terutama, untuk produk grand tourer berbasis energi listrik.
Sebelum terjun dalam mobil litrik murni, Ferrari pun melakukn pengembangan mobil hybrid yang menggabungkan teknologi konvensional dan listrik. Bahkan, Ferrari pun memiliki target pangsa pasar yang cukup besar.
Karena, pada 2022, Ferrari menargetkan dapat mencetak porsi penjualan hybrid sebesar 60 persen dari total penjualanya.
Awal tahun lalu, teknologi hybrid Ferrari dibuktikan lewat peluncuran SG90 Stradale. Mobil plug-in hybrid ini sendiri dibekali dengan mesin 3,9 liter twin-turbo V8 dan tiga motor listrik berkapasitas 735 kW.
Teknologi itu pun membuat mobil tersebut mampu melesat dari 0 hingga 100 kilometer/jam hanya dalam 2,5 detik dan dengan kecepatan maskimal mencapai 340 kilometer/jam. Sedangkan motor listrik yang tertanam mampu menyuguhkan daya jelajah hingga 25 kilometer dengan kecepatan 135 kilometer/jam.