REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Produsen mobil asal Inggris, Jaguar Land Rover (JLR), mengumumkan bahwa pihaknya akan memotong sekitar 10 persen tenaga kerja di pabrik Halewood, wilayah Inggris bagian utara, Rabu (22/1). Pemutusan hubungan kerja (PHK) dilakukan dengan alasan untuk meningkatkan efisiensi.
"JLR mengambil langkah untuk mengoptimalkan performa, menciptakan pertumbuhan berkelanjutan, dan menjaga kesuksesan jangka panjang pada bisnis kami," kata JLR dalam pernyataan tertulis, dikutip melalui reuters, Rabu.
Catatan perdagangan perusahaan itu menunjukkan penurunan sebesar enam persen pada 2019. Penurunan diakibatkan oleh kebangkitan perusahaan mobil dalam negeri China, serta kemerosotan permintaan kendaraan diesel di Eropa. Namun JLR kembali berjaya di pasar China pada beberapa bulan terakhir 2019 dengan jumlah penjualan meningkat 1,3 persen pada Desember lalu.
"Dipusatkan pada strategi produksi di Halewood, kami mengubah pola kerja dari tiga shift menjadi dua-plus shift mulai April 2020," dikutip dari pernyataan yang sama.
Sekitar 450 dari 4.500 posisi tenaga kerja di pabrik Halewood, satu dari tiga pabrik JLR di Inggris, saat ini terancam dengan adanya pengumuman tersebut. Pabrik Halewood memproduksi mobil jenis SUV Range Rover Evoque dan Land Rover Discovery Sport. Dalam hal ini, Serikat pekerja Inggris Unite the Union mengingatkan bahwa tantangan yang dihadapi JLR juga tengah dialami oleh pabrik mobil lainnya di Inggris.
JLR, seperti juga perusahaan lain dalam industri kendaraan, menghadapi tantangan untuk mulai berinvestasi pada kendaraan rendah dan bebas emisi seiring dengan semakin ketatnya regulasi. Dalam waktu yang sama, perusahaan itu juga harus berurusan dengan turunnya permintaan terhadap beberapa model kendaraan bertenaga konvensional.