REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Royal Enfield merupakan produk motor asal Inggris yang baru setahun di Indonesia. Masuk pasar otomotif nasional pada 2016 kemarin, motor yang kental dengan aroma clasic ini langsung menembus pasar tanah air.
Bagi pecinta motor clasic Royal Enfield sudah pasti menjadi pilihan utama, sejalan dengan hobi mereka. Namun, ternyata permintaan pasar meluas hingga merambat ke berbagai kalangan.
Motor classc tidak hanya menjadi hobi tapi menjelma menjadi gaya hidup baru pecinta motor. Gaya yang melekat pada motor tersebut berhasil menarik minat anak muda Indonesia untuk memiliki kendaraan itu.
Secara keseluruhan, Royal Enfield mendominasi penjualan pasar motor classic. Motor Classic berkontribusi sekitar 80 persen penjualan Royal Enfield semenjak masuk ke Indonesia.
Saat ini, Royal Enfield baru memiliki satu cabang di Pejaten, Jakarta Selatan dan satu gear store di Pondok ndah Mall. Berkembangnya bisnis di industri otomotif Indonesia, membuat motor yang pernah digunakan tentara Inggris dalam perang dunia kedua ini berani membuka cabang baru.
"Tahun ini rencananya kami akan membuka diler di Bali yang melayani Sales Service dan Spare Parts," kata Managing Director PT Distributor Royal Enfield, Ade Sulistioputra.
Tak hanya mengencangkan pasar dikawasan timur, pembukan diler tersebut sekaligus untuk terus melakukan branding kepada masyarakat Indonesia. Bali dipilih lantaran menjadi area yang memang ingin dicakup dan memliki potensi yang cukup besar.
Ditengah kesibukannya mengurus perkembangan branding hingga pemasaran Royal Enfield di Indonesia, dunia otomotif khususnya motor menjadi penghilang penat bagi Ade. Beruntung, Ade memliki hobi serupa dengan karir bisnisnya saat ini.
Uniknya, kegemaraannya itu bukan berasal dari kemaunnya sendiri. Meksi menggilai dunia motor sejak kecil, Ade mengaku, hobi tersebut justru ditanamkan dari lingkungan masa kecilnya itu.
"Motor memang salah satu hobi karena dari dulu sempet dicekokin motor. Tapi memang menjelajahi Indoensia paling enak naik motor," kata Ade.
Berkendara mengelilingi satu kota ke kota lainnya alis touring juga kerap dilakukan pria berkulit putih ini. Kendati, kondisi jalan yang padat sedikit banyak membuat dirinya menunggani motor sedikit berkurang. "Touring memang saya suka tapi dengan kemacetan begini jadinya males ya," kata dia.
Meski menggemari motor, nyatanya Ade tidak sepenuhnya mengerti tentang kendaraan roda dua tersebut. Hobi Ade terbatas pada merasakan sensasi nikmatnya berkendara roda dua. "Meski hobi tapi enggak sampai bisa merakit karena kemampuan gue enggak sampai situ," terangnya.
Ade mengaku, pekerjaaan yang sejalan dengan hobi membuat dirinya menikmati aktifitas saat ini. Dia mengatakan, pekerjaan sedikit banyak membuat dirinya memahani motor dari hulu ke hilir.
Kendati, berkendara bukan satu-satunya hobi Ade. Pria yang sempat berkecimpung dalam dunia perusahaan online ini juga suka traveling dan bermusik. Dirinya tidak membatasi selera musik yang akan didengarkan.
"Terbuka aja sih mulai dari musical sampe pop yang penting enak di dengar tapi jangan sekali-kali mendengarkan musik sambil berkendara karena berbahaya," katanya.