REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian besar orang menganggap mengemudi di jalan begitu mudah, karena hanya mengandalkan stir, gas dan rem. Namun mereka bisa saja belum mengetahui, apakah pengoperasian kendaraan roda empatnya sudah dilakukan dengan baik dan benar.
Setiap orang dalam berkendara harus mengandalkan ketrampilan, dan kemampuan yang mengacu pada standar keselamatan yang berlaku di suatu negara, mempersiapkan fisik dan mental, memiliki penguasaan kendaraan, memperhatikan kondisi kendaraan, dan kondisi lingkungan.
Sony Susmana Praseto, Chief Instructor Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) dalam acara Suzuki Safety Driving Course 2018 belum lama ini mengatakan, mengendarai mobil saat ini harus diikuti dengan kemajuan teknologi dalam kendaraan. Kemudian juga pertimbangkan kondisi yang tidak terduga di jalan.
"Mengemudi di jalan memang gampang. Tapi siap tidak ketika terjadi slip atau kejadian lainnya," kata Sony.
Ia mengungkapkan, sebelum mengemudi maka pengendara harus menyesuaikan bangku kendaraan yang sesuai dengan tubuhnya, apabila ukuran tubuh pengemudi pendek, maka bisa menggunakan bantalan tambahan yang sudah diikat dengan kencang. Lalu, gunakan sabuk pengaman, bukan hanya sekedar terlihat telah dipakai, namun juga tarik sabuk sampai kencang di badan.
"Kalau nyetir di kota hanya pake safety belt, di-klik abis itu shoulder belt-nya pasti dilonggarin. Atau di-klik dahulu baru shoulder belt-nya dipasang. Jangan seperti ini, ini menyedihkan," ungkap Sony.
Ia melanjutkan, di mana pun keadaannya maka seseorang harus mempersiapkan diri kapan akan terjadi slip. Setiap masuk kendaraan, setelah mengatur tempat duduk, langsung gunakan sabuk pengaman dengan tepat seperti sudah terkunci.
Sebelum menaiki kendaraan pengemudi juga perlu memastikan tekanan ban yang sesuai. Perhatikan seluruh fitur yang ada di mobil, sehingga dapat digunakan dengan benar. Kemudian kedua spion mobil dapat disesuaikan dengan pandangan pengemudi, begitu juga dengan kaca yang berada di atas kepala.
Saat berada di jalan tol dengan kecepatan tinggi, biasanya mobil akan mulai goyang. Sony mengatakan, kebiasaan orang akan menambah kecepatan, padahal ini adalah hal yang berbahaya. Karena dapat menyebabkan slip, atau pun mobil terbalik, sehingga akan lebih baik mengurangi kecepatan kendaraan.
Di sisi lain, banyak orang menggunakan parking brake dalam keadaan macet di area lampu lalu lintas. Padahal, parking brake hanya digunakan saat memarkir kendaraan, dan saat mobil berhenti dalam waktu yang singkat tidak diperbolehkan memakai parking brake.
"Banyak orang di lampu merah pakai parking brake, pertanyaan dia mau parkir atau berhenti? Jadi selama di lampu merah, dia harus tekan terus service brake sampai lampunya hijau. Kalau capek, siapa suruh dia nyetir," jelas Sony.
Alasan lainnya untuk tidak mengunakan parking brake di lampu lalu lintas adalah karena saat lampu merah, maka pengemudi harus memberikan tanda sedang berhenti kepada pengendara yang berada di belakangnya, dengan adanya lampu merah di belakang mobil menggunakan service brake. Kemudian potensi kecelakaan di lampu lalu lintas pun masih besar, jika parking brake diaktifkan, maka pengemudi biasanya akan merasa lebih nyaman. Lalu mereka melakuan kegiatan lainnya, seperti menggunakan ponsel atau bersolek bagi kaum wanita.
Apabila dalam keadaan menanjak, maka boleh menggunakan parking brake jika pengemudi menyadari kemampuannya yang terbatas, dan khawatir mobil yang dikendarai akan mundur. Namun akan lebih baik berlatih tidak menggunakan parking brake.
Terakhir Sony menyampaikan, mengemudi dalam kondisi apa pun pengendara harus bisa lebih rileks. Baik itu saat dengan kecepatan rendah, sedang, tinggi atau ketika melakukan manuver kendaraan. Apabila semakin kaku dan agresif dalam mengemudi, maka pengendara akan semakin capek.