REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Helmy Faishal Zaini mengatakan bahwa konflik Israel dan Palestina kembali memanas akibat penyegelan dan pelarangan aktivitas ibadah kepada umat Islam di kawasan Masjid Al-Aqsha. Hal itu pun kemudian memantik kecaman dan reaksi dari berbagai pihak, termasuk juga dari PBNU.
"Nahdlatul Ulama dalam hal ini juga sudah menyatakan sikapnya dalam membela kemerdekaan Palestina," ujarnya kepada Republika.co.id dalam keterangan tertulisnya, Rabu (26/7).
Menurut dia, konflik yang terjadi di Masjid Al-Aqsha sesungguhnya merupakan tragedi kemanusiaan yang sangat memilukan. Dalam tragedi itu hak ibadah yang sesungguhnya merupakan hal dasar setiap manusia, dikekang dan diintervensi. "Inilah yang sangat bertentangan dengan prinsip, hak, dan sekaligus rasa kemanusiaan," ucapnya.
Karena itu, menurut dia, sudah menjadi kewajiban bersama untuk mengatasi tragedi kemanusiaan di Palestina, serta mencari solusi agar situasi kembali meredam. "Masalah Palestina harus diletakkan sebagai tragedi kemanusiaan, sehingga ini bukan semata-mata masalah yang harus ditanggung umat Islam semata. Seluruh komponen dan entitas dunia harus meletakkan masalah Palestina ini sebagai masalah dan tanggung jawab semua pihak. Saatnya dunia bersatu untuk mencari solusi tragedi kemanusiaan Palestin," kata dia.
Terkait konflik yang terjadi di Palestina ini, pada Muktamar ke-33 NU di Jombang tahun 2015 komisi rekomendasi secara khusus juga telah merumuskan beberapa rekomendasi langkah kongkret yang harus dilakukan oleh pihak-pihak terkait, baik PBNU, Pemerintah, serta organisasi internasional seperti OKI dan PBB. "Sebagaimana yang tertuang dalam rekomendasi tersebut, sikap PBNU dalam hal ini mendukung tegas kemerdekaan Palestina," jelas dia.